"Di tengah realitas konsumsi Migas dalam negeri yang terus meningkat, upaya untuk meningkatkan lifting Migas dan mengurangi ketergantungan pada impor sangatlah krusial. Saat ini, konsumsi Migas nasional mencapai 1,6 juta barrel per hari, sementara lifting Migas hanya sekitar 600.000 barrel per hari. Hal ini membuktikan adanya gap yang signifikan antara potensi dan realisasi produksi, yang dipenuhi dengan mengandalkan impor sebanyak 1 juta barrel per hari," ujar Bamsoet usai bertemu Kepala SKK Migas Djoko Siswanto di Jakarta, Selasa (17/12/2024).
Ketua MPR RI ke-15 dan Ketua DPR RI ke-20 ini memaparkan, data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa hingga pertengahan Oktober 2024, produksi minyak dalam negeri tercatat sebesar 578.842 barrel per hari, jauh di bawah target 635.000 barrel per hari untuk tahun 2024. Pada tahun 1968, produksi minyak Indonesia pernah mencapai 599.000 barrel per hari, dengan puncaknya pada tahun 1977 mencapai 1.685.000 barrel per hari. Setelah tahun 1991, produksi Migas Indonesia terus mengalami penurunan bertahap.
"Untuk mengatasi tantangan tersebut, pemerintah perlu segera melakukan konsolidasi dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Saat ini terdapat 301 Wilayah Kerja (WK) migas yang telah melakukan eksplorasi, tetapi belum melaksanakan rencana pengembangan lapangan migas (Plan of Development/PoD). Apabila KKKS tidak segera melaksanakan PoD, wilayah kerja tersebut dapat dialokasikan kepada investor lain. Langkah ini tidak hanya berpotensi meningkatkan lifting, tetapi juga akan mendorong investasi dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap sektor Migas Indonesia," kata Bamsoet.
Ketua
Komisi III DPR RI ke-7 ini menambahkan, langkah lain yang dapat diambil
pemerintah adalah melakukan revitalisasi terhadap 4.500 sumur minyak
idle well. Program revitalisasi ini bertujuan untuk memanfaatkan potensi
yang ada dan memaksimalkan produksi dari sumur-sumur yang sudah ada.
Revitalisasi ini tidak hanya dapat meningkatkan output Migas, tetapi
juga menciptakan lapangan kerja dan mendorong kegiatan ekonomi di
sekitar kawasan produksi.
"Upaya pemerintah untuk meningkatkan lifting minyak dan gas bumi serta
mengurangi ketergantungan terhadap impor, melalui konsolidasi dengan
KKKS dan revitalisasi sumur minyak merupakan langkah strategis yang
patut didukung. Namun, sejumlah tantangan seperti rendahnya investasi,
dan aturan regulasi yang sering kali menjadi penghambat, memerlukan
perhatian dan solusi yang komprehensif. Dengan kerjasama yang erat
antara pemerintah, industri dan masyarakat, kita harapkan kemandirian
energi yang menjadi program Presiden Prabowo dapat segera terwujud,"
pungkas Bamsoet. (*/kg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar