PURWOREJO,
KABARJATENG.CO.ID - Musim kemarau yang berkepanjangan menyebabkan
suplai air menjadi sangat terbatas. Banyak areal persawahan yang tidak
bisa berproduksi dengan baik, termasuk di daerah-daerah penyokong beras
seperti Kabupaten Purworejo.
Keprihatinan itu disampaikan Pjs Bupati Purworejo Endi Faiz Effendi SPi
MA, saat menerima rombongan dari Kementerian Pertanian dan Dinas
Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, di Ruang Bagelen, Kamis
(10/10/2024).
Dalam kesempatan itu, Pjs Bupati didampingi Pj Sekda Drs R Achmad
Kurniawan Kadir MPA, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Hadi
Sadsila SP MM dan Kabag Prokopim Anas Naryadi SH MM.
Pjs
Bupati mengungkapkan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan lintas sektor
terkait dengan persiapan musim penghujan. Antara lain bagaimana
irigasinya disiapkan dulu, dan memang secara jangka pajang pemerintah
pusat telah memberikan program yang bagus yaitu pembangunan bendungan
besar di Purworejo.
”Manajemen airnya memang harus lebih bagus lagi. Bagaimana kita bisa
mengatur volume air pada waktu musim hujan, kita tampung dan nanti musim
kemarau kita manfaatkan untuk tanaman-tanaman termasuk tanaman pangan.
Harapannya dengan adanya bendungan di Purworejo nantinya kebutuhan air
bisa tercukupi,” ungkapnya.
Direktur
Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Dr Ir Moh Ismail Wahab MSi
mengungkapkan, untuk musim tanam Oktober ini areal tanam di Kabupaten
Purworejo sangat rendah. Menurutnya, Kabupaten Purworejo punya potensi
yang baik, mencapai 12.000 hektare.
”Kami menawarkan untuk potensi tanam itu 6.000 hektare, tetapi Purworejo
hanya mampu 100 hektare. Di sisi lain, kondisi kita saat ini kekurangan
produksi, kalau kita tidak di-support dari daerah sekitar, kita sangat
kekurangan. Indonesia itu 58% produksi beras disokong oleh Jawa, kalau
Jawa mengalami penurunan berarti Indonesia bermasalah,” katanya.
Dikatakan
bahwa pihaknya membuka peluang program tebar benih, bantuan pestisida,
bantuan pompa, bantuan alsintan, bantuan combine, bantuan traktor dan
sebagainya.
”Yang kami promosikan Oktober ini bantuan benih, silakan usulkan berapa
pun bantuan benih di bulan ini,” katanya.
Menurut
Ismail, pada tahun 2024 ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan berdasarkan data BPS, pada bulan Juni lalu Indonesia minus 3 juta
ton gabah kering dibandingkan tahun 2023.
”Dan sangat menghawatirkan, di akhir tahun 2024 kemungkinan kita tidak
bisa positif dalam sejarah produksi padi nasional. Sejak merdeka sampai
sekarang, baru kali ini kita mengalami minus,” ungkapnya.
Sedangkan Hadi Sadsila menjelaskan, Purworejo memang memiliki potensi
padi yang sangat tinggi. Pihaknya juga sudah menerima dan melaksanakan
program dari Kementan yaitu program perluasan areal tanam (PAT),
pompanisasi dan sebagainya.
”Permasalahan yang sedang kami hadapi adalah ketersediaan air. Kami
berusaha untuk terus memaksimalkan program yang sudah dijalankan dari
pemerintah pusat maupun daerah. Semoga penurunan pada bulan Oktober ini
dapat segera diatasi yang tentunya juga tidak mudah," ungkapnya. (*/kj)
Sumber : Prokopim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar