Catatan Politik Senayan oleh Bambang Soesatyo
(Anggota
DPR RI 2024-2029/Ketua MPR RI ke-16 dan Ketua DPR RI ke-20/Dosen Pasca
Sarjana Universitas Borobudur, Universitas Trisakti, Universitas
Jayabaya dan Universitas Pertahanan RI (UNHAN)
KETIKA
komunitas global hari-hari ini nyaris tercabik-cabik oleh konflik dan
perang di beberapa kawasan, Prabowo Subianto selaku presiden terpilih
diharapkan terus mengembangkan peran dan kontribusi Indonesia di ranah
internasional untuk memperkokoh stabilitas Asia tenggara. Prabowo juga
diharapkan memperkokoh Keselarasan dan kesesuaian antar-anggota ASEAN,
maupun ASEAN dengan sejumlah negara mitra. Harmoni di lingkungan ASEAN
maupun ASEAN dengan negara-negara mitra akan memungkinkan semua
persoalan bisa diselesaikan dengan dialog. Memberi
perhatian khusus pada stabilitas Asia Tenggara dan Asia-Oseania pada
umumnya cukup relevan jika dikaitkan dengan situasi global dewasa ini.
Ketegangan di Timur terus tereskalasi. Di Eropa Timur, perang antara
Rusia-Ukraina tak kunjung usai. Komunitas bangsa-bangsa di Asia sudah
pasti berharap tidak ada konflik senjata atau perang di benua ini.
Namun, bangsa-bangsa di Asia juga sudah lama mencatat dan mengakui
adanya masalah yang harus disikapi dengan bijaksana demi terjaganya
stabilitas di benua ini. Paling utama, sebutlah persoalan konflik
kepentingan di Laut Cina Selatan yang melibatkan Tiongkok dengan
beberapa negara di lingkungan ASEAN, maupun masalah disharmoni antara
Tiongkok dengan Taiwan.
Menolak
dialog dan pendekatan damai lainnya, beberapa negara dan kelompok
perlawanan di Timur Tengah membuat sebagian kawasan itu ibarat neraka
bagi warga sipil. Hari-hari ini, sebagaimana bisa disimak dari berbagai
pemberitaan, sejumlah wilayah di kawasan Timur Tengah porak poranda
akibat saling serang menggunakan rudal oleh negara atau
kelompok-kelompok perlawanan yang memilih opsi berperang untuk
menyelesaikan pertikaian di antara mereka.
Di
Eropa Timur, Rusia dan Ukraina seperti menemui jalan buntu setelah
pendekatan damai tak membuahkan hasil. Kekuatan militer kedua negara
masih saling melancarkan serangan bersenjata yang menyebabkan kerusakan
dan menimbulkan penderitaan warga sipil. Berpijak pada fakta itu, cukup
alasan untuk mengatakan negara-negara di kedua kawasan itu gagal merawat
dan memelihara stabilitas kawasan. Jelas bahwa kedua kawasan dimaksud
tidak layak untuk melakukan kegiatan-kegiatan produktif.
Maka,
bangsa-bangsa di Asia layak belajar dari pengalaman buruk negara-negara
di Timur Tengah dan Eropa Timur yang gagal merawat dan memelihara
stabilitas kawasan. Asia pada umumnya, dan Asia Tenggara khususnya,
haruslah tetap menjadi kawasan yang dinamis dan kondusif. Asia yang
dinamis dan kondusif ditentukan oleh kemauan bangsa-bangsa di benua ini
memperkokoh Keselarasan dan kesesuaian dalam mewujudkan kepentingan
pembangunan masing-masing negara.
Tentu
saja upaya memperkokoh keselarasan dan kesesuaian (harmonisasi) itu
tidak bertujuan mengubur begitu saja persoalan-persoalan riel yang
mengemuka sejak lama. Sebaliknya, demi terjaganya stabilitas dan
kondusifitas benua ini, bangsa-bangsa di Asia ditantang untuk
menyelesaikan persoalan riel itu dengan dialog dan pendekatan damai. Tak
perlu memberi tekanan dengan mengerahkan kekuatan militer dan
persenjataan modern.
Dalam
konteks merawat dan memperkokoh stabilitas Asia Tenggara itulah sosok
Prabowo Subianto menjadi menarik untuk diperhatikan. Dalam hitungan
hari, Prabowo akan segera dilantik menjadi dan menjabat Presiden
Republik Indonesia. Pada waktunya nanti, dia tak hanya akan dilihat
sebagai Presiden indonesia, tetapi figur Prabowo pun akan dimaknai
sebagai salah satu tokoh dan pemimpin Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia
Tenggara atau ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Setelah
berakhirnya perang Vietnam pada dekade 70-an, Asia Tenggara menjadi
salah satu kawasan paling dinamis dan kondusif.
Kehadiran
dan peran Prabowo dalam merawat dan memperkokoh stabilitas Asia
Tenggara sudah pasti sangat diharapkan oleh berbagai elemen dan
komunitas di lingkungan ASEAN. Hari-hari ini, saat komunitas global
gelisah oleh eskalasi konflik dan perang di Timur Tengah serta Eropa
Timur, fakta itu menjadi semacam pesan kepada para pemimpin
negara-negara ASEAN. Pesannya sederhana saja; bahwa para pemimpin
negara-negara ASEAN patut belajar dari kegagalan para pemimpin
negara-negara di Timur Tengah dan Eropa Timur merawat stabilitas di
kedua kawasan itu.
Tentu
saja pesan itu secara tidak langsung dialamatkan juga kepada pemimpin
Indonesia. Sebagaimana diketahui, eskalasi ketegangan di Timur Tengah
dan Eropa Timur bahkan berpotensi menyulut perang dalam skala yang lebih
luas, karena beberapa negara yang yang sejatinya berada di luar konflik
ikut-ikutan memberi dukungan militer dan persenjataan kepada mereka
yang sedang berperang.
Dalam
konteks itulah memberi perhatian khusus pada stabilitas Asia Tenggara
menjadi sangat relevan. Siapa pun pasti menghendaki kawasan ASEAN harus
tetap dinamis dan kondusif agar selalu ada ruang untuk mewujudkan
kemakmuran masyarakat di Asia Tenggara. Untuk itu, para pemimpin ASEAN
tidak boleh gagal merawat stabilitas Asia Tenggara. Sebaliknya,
stabilitas Asia tenggara harus terus diperkokoh oleh para pemimpin
ASEAN. Untuk kepentingan itu, pemimpin ASEAN perlu berinisiatif
memperkokoh keselarasan dan kesesuaian ASEAN dengan sejumlah negara
mitra seperti Amerika Serikat, Australia, Tiongkok, India, Jepang,
Kanada, Korea Selatan, Rusia, Selandia Baru dan Uni Eropa.
Benih
untuk mwujudkan keselarasan dan kesesuaian itu sudah ditanamkan
Prabowo. Dalam kapasitasnya sebagai Menteri Pertahanan RI, Prabowo
Subianto telah melakukan kunjungan kerja ke sejumlah negara dalam
beberapa bulan belakangan ini. Sudah barang tentu, sosok Prabowo pun
dilihat dan dimaknai sebagai bakal Presiden Indonesia, setelah dia
memenangkan Pemilihan Presiden dalam Pemilu 2024. Prabowo setidaknya
telah mengunjungi lebih dari 10 negara, termasuk Singapura, Tiongkok,
Jepang, Rusia, dan Australia. Berbagai kalangan di luar negeri coba
memaknai rangkaian kunjungan kerja itu menurut sudut pandang mereka.
Media
Singapura, The Straits Times, menurunkan artikel berjudul “Prabowo
miliki rencana besar untuk Indonesia di kancah dunia”. Artikel ini
diterbikan pada Sabtu (21/9). “Dengan proaktif di ranah internasional,
Prabowo diharapkan membuat Indonesia lebih mudah berkomunikasi dengan
negara lain, serta berperan sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik
jika diperlukan,” demikian tulis The Straits Times.
Prabowo,
bersama para pemimpin ASEAN lainnya, tentu diharapkan lebih fokus pada
pendekatan merawat stabilitas Asia Tenggara. Berpijak pada fakta tentang
potensi masalah di Laut Cina Selatan yang bersentuhan langsung dengan
kepentingan beberapa negara anggota ASEAN, Prabowo dan ASEAN diharapkan
dapat mengelola masalah itu dengan penuh kebijaksanaan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar