Bertemakan Kearifan Lokal, Topiknya Eksplorasi Empon-empon Warisan Nenek Moyang
Festival yang diikuti seluruh siswa kelas 8 tersebut, sebagai bentuk nyata dari siswa dalam mempresentasikan apa yang dipelajarinya, yaitu, mempelajari berbagai macam ragam dan jenis empon-empon, mengetahui manfaat dan sebagainya, kemudian dicoba untuk mengolahnya menjadi suatu produk yang bermanfaat untuk kesehatan.
Berbagai jenis olahan berbahan dasar empon-empon seperti jahe, kunyit, beras kencur dan lain sebagainya, disuguhkan dalam bentuk minuman dan makanan yang dibuat oleh siswa dari hasil pengetahuan yang mereka pelajari. Olahan empon-empon yang telah dikemas menjadi suatu produk yang menarik dan higienis itu kemudian ditata secara apik dan dipamerkan.
"Sebagaimana kebijakan dari pemerintah, kita sedang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka yang salah satunya kita harus melaksanakan P5 itu berupa projek penguatan profil Pancasila dengan beberapa dimensi yang kita capai untuk meningkatkan karakter anak, nah salah satu tema dalam P5 itu adalah kearifan lokal, maka tahun ini untuk kelas 8 kita mengangkat tentang eksplorasi tentang empon-empon di sekitar Bagelen ini, sehingga anak- anak kita projekkan dengan sebuah kegiatan untuk menggali empon-empon itu apa, potensinya apa, kelebihan apa, keunggulan dan sebagainya, sehingga melalui proses projek itu hari ini mereka kita beri kesempatan untuk menyampaikan tentang proses selama program projek tersebut," ungkap Mudjiburahman.
"Bahwa sesungguhnya di daerah Bagelen ini sangat banyak sekali produk-produk empon- empon yang bisa digali dan dikenalkan kepada anak, sehingga anak-anak bisa berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari, untuk betul-betul memanfaatkan yang ada, karunia Allah yang berikan kepada kita, di daerah kita masing-masing. Maka kita mencoba untuk menguatkan dibudidaya, dan eksplorasi empon-empon tersebut," ujarnya.
Mudjiburahman melihat, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kegiatan itu bagi siswa, selain proses yang cukup menarik, dan kegiatan yang dikuti secara antusias, ketika siswa mengikuti kegiatan projek itu, siswa akan tertanam karakter gotong royong, mandiri, kreatif, juga daya nalar yang kritis terhadap apa yang terjadi. Selain itu, kegiatan itu bisa menjadi fasilitas bagi siswa untuk menanamkan karakter-karakter yang ada, dan terbukti dari produk yang dihasilkan juga sangat baik berdasarkan dengan pengalaman-pengalaman yang mereka dapatkan.
"Dan ke depan kita berharap sekali tidak berhenti di sini, karena penanaman karakter itu kan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak tidak berhenti hanya di kegiatan P5-nya tapi dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari untuk dimensi-dimensi dalam P5 tersebut," harapnya.
"Untuk kelas 8 ini kita proyeksikan setelah kegiatan kearifan lokal, besok akan kita tanamkan kepada mereka tentang kebhinnekaan, jadi kita akan memberikan projek kepada anak-anak untuk mengenal budaya-budaya di Indonesia, lalu berikutnya lagi akan kita kenalkan tentang kewirausahaan. Di kelas 7 nya kita juga kenalkan kepada mereka, di antaranya dengan tema suara demokrasi, kemudian tentang keberlanjutan hidup, juga sampai dengan tema bangunlah jiwa raga. Itulah dari projek-projek P5 yang diberikan di SMP Negeri 17 ini," jelasnya.
Koordinator kegiatan P5 untuk kelas 8, yang juga sebagai guru Prakarya
di SMP Negeri 17 Purworejo, Teky Renggani, mengatakan, festival empon-empon adalah suatu pagelaran hasil karya dari anak-anak utamanya dari
hasil kegiatan projek yang dilaksanakan dari awal hingga akhir. Projek itu bertemakan kearifan lokal, dengan topik eksplorasi empon-empon warisan nenek moyang. (widarto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar