Pelatihan itu dilaksanakan dengan tujuan mengenalkan dan mengajarkan kepada masyarakat tentang teknologi pengolahan ikan agar menjadi produk olahan ikan bernilai tinggi. Di mana Indonesia, kaya akan potensi sumber daya perikanan, karena memiliki area perairan yang luas. Ikan, mempunyai nilai gizi dan protein bermutu tinggi, sumber lemak istimewa, omega-3, vitamin serta mineral.
Pelatihan itu diikuti oleh sekira 200 orang warga Nahdliyin atau NU dan masyarakat umum di Kabupaten Purworejo. Tak hanya bersifat teori yang disampaikan sejumlah narsum dari peneliti Pusat Riset Agroindustri BRIN, peserta juga diajak praktek dalam pembuatan teknologi pengolahan ikan.
BRIN tidak cukup melakukan penelitian di laboratorium, dan di atas kertas saja, namun hasil risetnya juga harus bermanfaat bagi masyarakat, terutama untuk tujuan diversifikasi usaha, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan karya invensi dan inovasinya, BRIN hadir di tengah masyarakat. Membangkitkan geliat usaha, berkontribusi bagi pembangunan, melalui peningkatan pendapatan masyarakat.
Tujuan pelatihan teknologi pengolahan ikan, lanjutnya, kegiatan pelatihan atau pemberdayaan itu sifatnya hanya mengenalkan teknologi, dan harapannya dengan teknologi itu bisa ke arah ekonomi, di mana masyarakat bisa tahu bagaimana mengolah ikan menjadi produk bernilai tinggi.
"Kalaupun tidak dikomersialkan atau dijual, paling tidak masyarakat tahu bagaimana membuat olahan ikan yang sehat. Karena kalau kita beli olahan-olahan ikan dari luar, dari komersil atau toko/online, belum tentu keamanan pangan atau kesehatannya terjamin," ujarnya.
Disampaikan, pelatihan itu dilaksanakan tidak hanya di Purworejo, namun juga di daerah lain, dengan berkolaborasi bersama Komisi VII DPR RI. "Di tiap daerah ada kegiatan seperti ini, tapi pastinya temanya beda-beda. Karena aspirasi dari masyarakat yang dikumpulkan atau dikolaborasikan oleh komisi di tiap daerah, kebutuhan teknologi berbeda-beda," jelasnya.
"Dengan adanya pelatihan ini harapannya masyarakat bisa lebih berdaya, bisa menciptakan produk produk inovasi baru, mengembangkan olahan ikan ini, sehingga perekonomian bisa berputar dengan adanya pengenalan produk lewat teknologi BRIN," harapnya.
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR RI, Abdul Kadir Karding mengatakan, kegiatan yang dilakukan oleh BRIN itu bentuknya adalah pelatihan pengolahan ikan yang diolah dalam bentuk nuget, ekado (makanan khas Jepang), juga otak-otak.
"Sengaja memang oleh Komisi VII didorong banyak pelatihan-pelatihan pemberdayaan, agar masyarakat memiliki skill, apalagi di tengah ekonomi seperti hari ini, orang kita dorong harus punya skill banyak, dengan skill itu lalu produknya bisa dijual, nanti kalau laku mereka bisa belajar cara mengemas produk yang baik, kemudian memasarkan secara elektronik atau online, lalu nanti diharapkan bisa menopang ekonomi keluarga mereka. Pengetahuan semacam ini penting, paling tidak kalau mereka bisa buat nuget sendiri itu kan urusan kesehatannya bisa mereka ukur, baik itu zat aditifnya, zat kiminya, dan lain sebagainya," jelasnya.
Sebagai tindak lanjut, Komisi VII berencana masih memberikan banyak pelatihan kepada warga. Bukan saja tentang pelatihan teknologi namun juga dengan pelatihan lainnya. "Memang ada banyak pelatihan, termasuk bagaimana mengemas sebuah produk yang bagus (packaging), kemudian pelatihan market online, cara menjual secara online, nanti kita coba berikan lagi," ujarnya.
Karding berharap program pelatihan itu bisa bermanfaat diberikan kepada masyarakat. Selain memberikan peningkatan pengetahuan dan skill
juga efektif bagi masyarakat. (widarto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar