Usaha Turunan dari sang Nenek, Sudah Kantongi Izin PIRT
Pelaku usaha bolu emprit Sugiarto |
Menurut dia, dengan bahan baku seperti kelapa parut, tepung tapioka, gula pasir, garam halus, air, baking powder, jahe bubuk, kemudian diolah menjadi satu adonan. "Cetak adonan menggunakan cetakan bolu emprit kemudian dipanggang pada suhu ± 1.800 selama 25 menit sampai matang," ujar Sugiarto.
Usaha yang digeluti Sugiarto ini merupakan usaha turun menurun dari neneknya hingga sekarang. Sampai sekarang ini, pembuatan bolu emprit yang dilakukannya, masih mempertahankan resep dari sang Nenek. Berbekal keuletannya, bolu emprit yang diproduksinya dipasarkan di wilayah sekitar Kedu yakni Purworejo, Magelang, Wonosobo, Temanggung hingga Yogyakarta.
Tidak hanya bolu emprit saja yang diproduksinya, namun seperti kerupuk, onde-onde ceplus dan rambak tapioka, juga diproduksi Sugiarto. Dilihat secara fisik, bolu emprit terlihat kasar pada sisi luarnya, namun setelah digigit langsung hancur di lidah. Untuk menambah variasi, Sugiarto memberi warna tidak hanya putih, namun dapat berupa warna lainnya seperti merah muda, kuning dan coklat.
Bagi warga RT 01 RW 01 Desa Kuwurejo ini, tidak pernah gentar memilih usaha bolu emprit. Sugiarto mengantongi izin PIRT, pesanan-pesanan untuk memenuhi permintaan pasar bisa dipenuhinya. "Apalagi di waktu waktu Lebaran, produksinya melonjak hingga 200% dari biasanya," kata Sugiarto. (*)
reporter : eko stianto
editor : tomo widodo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar