Seminar nasional yang dimoderatori oleh pengajar Fakultas Ilmu Budaya UGM, DR Sudibyo MHum dengan mengambil tema Dolalak, Riwayat Yang Tak Terkisahkan itu menghadirkan tiga pembicara, yaitu pengajar Fakultas Ilmu Budaya UGM, DR Djarot Heru S MHum, penari Dolalak group Kusuma Jati, Kutoarjo, Azhadiyanti dan Budayawan Purworejo Soekoso DM SPd.
Selain mengupas sisi tersembunyi Dolalak, Seminar juga diisi dengan peluncuran produk Li Scarf 'Dolalak Edition, dan pameran lukisan bertema Dolalak. Seminar juga menjadi semarak dengan penampilan seni tari Dolalak dari Group Kusuma Jati, Kutoarjo. Hadir dan mengikuti seminar itu, Kabid Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purworejo, Dyah Woro Setyaningsih, pelaku seni tari Dolalak se-Purworejo, tokoh budayawan dan pemerhati seni Purworejo.
Seminar itu tak hanya diikuti secara offline namun juga secara online (zoom metting) dan live YouTube oleh Kominfostasandi Purworejo. Ketua kegiatan Seminar Nasional, DR. Sudibyo, M.Hum, mengatakan, sesuai dengan judul seminar, kegiatan seminar itu dilaksanakan untuk mengangkat isu yang selama ini mungkin belum pernah dibicarakan secara luas tentang sehubungan dengan Dolalak atau Angguk di Purworejo.
Dijelaskan, dalam seminar itu tiga pembicara menyampaikan materi maupun gagasan yang berbeda sesuai dengan bidang yang ditekuni. Penari Dolalak group Kusuma Jati, Kutoarjo, Azhadiyanti, mengungkapkan sesuatu yang menarik dengan mengangkat tafsir Dolalak dari tradisi Sufisme Nusantara yang bergerak dari barat ke timur dan salah satunya sampai di satu wilayah yang namanya Panjer, yaitu wilayah penting sejak masa kesultanan Sultan Agung yang menyerang Batavia, juga memberikan wawasan tentang makna atau arti gerak, musik, lagu serta baju yang dipakai dalam seni tari Dolalak. Kemudian Budayawan Purworejo, Soekoso DM memberikan testimoni tentang perjalanan Dolalak dari awal hingga akhir sampai modernisasi baru dalam seni Dolalak.
Adapun pengajar Fakultas Ilmu Budaya UGM, DR. Djarot Heru S, M.Hum, karena beliau memiliki lebih banyak fokus dalam hasil penelitian dan beliau lebih banyak mengamati Dolalak Kaligesing, maka banyak yang dipaparkan tentang Dolalak Kaligesing. "Dan dari seminar itu hasilnya mengatakan bahwa perbedaan itu sebenarnya adalah sesuatu yang sangat wajar dan itu harus disyukuri karena menjadi padat khasanah kekayaan seni tari Dolalak," jelasnya. Sudibyo berharap, bahwa hal yang paling penting dalam Dolalak itu adalah plural. Jadi justru dengan Pluralitas itu yang harus dijaga karena kesenian rakyat adalah ekspresi masyarakat yang paling dasar.
"Bisa berbeda-beda tidak harus berpikir tentang bentuk homogin yang harus satu, harus begini dan begitu itu tidak, semuanya harus dihargai dan dihidupi dan itu merupakan kekayaan kebudayaan di Purworejo. Maka saya berpesan kepada para pelaku seni umtuk tetap berkaryalah dan terus berkreasi, saya rasa itu yang paling penting, jadi kreasi baru terus harus dibangkitkan tetapi bahwa ada bentuk yang lain itu harus dihargai, perbedaan itu tidak menjadi perbedaan pendapat dan semuanya pantas untuk diberikan kesempatan pentas," terangnya.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purworejo, Dyah Woro Setyaningsih, mengapresiasi atas diselenggarakannya seminar nasional tentang Dolalak itu.
"Ini menjadi sesuatu penyemangat bahwa ketika sudah ada keinginan dari
masyarakat untuk bangkit, menjawab keresahan kita juga ketika kebudayaan
kita yang menjadi ciri khasnya Purworejo, yaitu tari Dolalak ini
kemudian mau kita bahas lagi, mau kita kembalikan lagi seperti apa to,
dan luar biasanya saya baru ngerti ketika dijelaskan bahwa dalam Dolalak
itu tangannya, kostumnya seperti ini dan artinya apa itu saya juga baru
ngerti, ternyata ada ruh ada sesuatu yang makna dalam, nah ini yang
kemudian menjadi PR kami di Dinas untuk menindaklanjuti hal semacam ini
agar tau semua apapun, kemudian kita akan rembug lagi sehingga pada
saatnya nanti sesuai dengan programnya bahwa Dolalak itu inginya menjadi
branding bahwa Dolalak itu milik Purworejo," kata Woro. (widarto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar