Kegiatan aksi bersama cegah stunting dan wasting di Desa Puspo Bruno Purworejo |
Tak hanya itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo juga memberikan sejumlah bantuan peningkatan gizi kepada ibu hamil (bumil) dan menyusui serta balita di Desa Puspo. Hadir dalam kegiatan itu perwakilan dari Kecamatan Bruno, Kepala Puskesmas, perwakilan PKK Kabupaten Purworejo, perwakilan Dinas Sosial Kependudukan dan Keluarga Berencana (Dinsosdukkb), Dinas Kesehatan Purworejo, PKK Desa Bruno, ibu balita dan ibu hamil serta Pemdes Puspo.
Nutrisionis Ahli Muda pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, Kurniawati SKM, saat ditemui usai kegiatan mengatakan, kegiatan itu selain sebagai bentuk usaha pemerintah dalam menekan angka stunting dan wasting juga sebagai rangkaian kegiatan Hari Gizi Nasional yang jatuh pada tanggal 25 Januari lalu.
"Kenapa mengadakan kegiatan aksi bersama cegah stunting dan wasting di Desa Puspo ini, karena Desa Puspo merupakan salah satu desa yang masih memiliki kasus stunting dan wasting cukup banyak, yaitu jumlah kasus gizi buruknya ada 3 kurang dari berat badan ada 13 kasus dan stunting juga, sehingga sesuai target di tahun 2024 nanti sesuai Perpres no 72 tahun 2021 diharapkan Desa Puspo bisa bebas stunting dan wasting," ungkap Kurniawati.
Dijelaskan, stunting merupakan salah satu gangguan pada anak dengan indikator penilaian berat badan sesuai umur dan tinggi badan sesuai umur atau biasa dikenal dengan tubuh pendek sementara wasting merupakan status gizi dari berat badan atau tinggi badan sesuai umur atau biasa dikenal dengan tubuh atau badan kurus.
"Kasus stunting di Purworejo ketika dilihat atau dibandingkan dengan angka di Jawa Tengah atau nasional masih jauh, tetapi dari 449 desa yang ada masih banyak desa yang stuntingnya tinggi yaitu lebih dari 20 persen. Suatu desa dikatakan bebas stunting kalau kurang dari 20 persen dan Desa Puspo ini termasuk yang lebih dari 20 persen," jelasnya.
Disebutkan, secara jumlah kasus sampai akhir tahun 2021 lalu, ada sejumlah 3.537 balita stunting yaitu balita 0-59 bulan atau sekitar 11, 81 persen dari jumlah balita yang diukur dari berat badan atau tinggi badan dari jumlah 29.993 balita yang terdata. Adapun Kecamatan Bruno termasuk tiga besar dengan angka stunting yang masih tinggi dan Desa Puspo merupakan no 2 tertinggi di Kecamatan Bruno setelah Plipiran. Tiga besar kecamatan yang dimaksud adalah wilayah kerja Puskemas Kaligesing, Bruno, dan Banyuasin (Loano).
"Yang sudah dilakukan dari Dinas Kesehatan itu sudah banyak karena dari Dinas Kesehatan itu bentuknya spesifik. Tapi dari indikator spesifik Dinas Kesehatan itu telah menyumbang 20-30 persen untuk penurunan stunting. Dari remajanya kita sudah membentuk posyandu remaja di beberapa lokasi, pemberian tablet tambah darah untuk seluruh remaja putri untuk umur 12-18 tahun, melalui sekolah di SLTP dan SLTA terus untuk ibu hamilnya juga telah kita tablet tambah darah lalu untuk balitanya kita ada kegiatan lewat Posyandu, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) terus kita membentuk beberapa desa fokus stunting, kita ada orientasi pemberian makan bayi dan anak dan ibu hamil, dan itu merupakan formula tertinggi untuk pengentasan stunting," bebernya.
Dirinya berpesan, untuk ibu balita yang sudah punya balita jangan sampai lupa setiap bulan untuk memantau pertumbuhan putranya di posyandu setempat, karena di situ merupakan salah satu kegiatan yang bisa untuk skrining untuk bisa mengetahui apakah anak itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan umurnya.
"Kalau yang masih dalam 1.000 hari pertama kehidupan kita sarankan dengan pola pemberian makanan bayi dan anak sesuai dengan tahapan umur," ujarnya.
Sub Koordinator Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, Siti Khotijah SKM, menambahkan, untuk stunting dan wasting merupakan isu nasional dan menjadi kewenangan Dinas Kesehatan untuk menurunkan angka stunting utamanya di Kabupaten Purworejo.
"Dengan aksi bersama cegah stunting dan wasting ini kita berharap bisa
memasyarakatkan program yang menjadi strategi Perpres no 72 tahun 2021.
Kita tidak hanya menangani ibu hamil dan balita tetapi harapan kami bisa
dimulai dari remaja, harapannya satu puskesmas itu minimal bisa membina
satu posyandu remaja, dimana di sana nanti ada skrining kemudian
memberikan penyuluhan," ungkap Siti Khotijah. (widarto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar