Apresiasi Jurnali Perempuan Kabupaten Purworejo Memperingati Hari Ibu
Jurnalis Perempuan Purworejo memberi apresiasi pada buruh gendong di Pasar Baledono |
Sejumlah wartawan perempuan serta didukung Humas dan Protokol Sekda Kabupaten Purworejo memberikan apresiasi kepada Sulastri yang sudah lebih dari 25 tahun sebagai buruh gendong di Pasar Baledono. Apresiasi diberikan berupa bingkisan dan uang tunai, untuk meringankan bebannya.
Jam-jam ramai orang memakai jasanya antara pukul 06.00 hingga 08.00 WIB. Upah yang tak seberapa selalu ia terima, tidak menyurutkan semangatnya tetap mengais rejeki sebagai buruh gendong.
"Saya tidak pernah memasang tarif, seikhlasnya orang memberi upah. Ada yang memberi Rp 3.000, ada Rp 5.000 atau berapa saja asal ikhlas, saya terima," ungkap ibu dengan 4 orang anak.
Menurut Tri Gendong (begitu biasa orang memanggil Sulastri) sehari-harinya penghasilannya tidak menentu terkadang Rp 5.000, Rp 10.000 atau Rp.20.000. "Seberapa pun penghasilan yang saya terima, harus disyukuri. Terkadang saya mendapat rejeki lain, dari ngeroki dan mijet orang," imbuh nenek dengan 5 orang cucu.
Dalam pandemi Covid-19, pasar sepi, Sulastri seringkali tidak mendapatkan upah sebagai buruh gendong, beruntung dia masih memiliki keahlian lain yaitu kerok dan pijat. Upah dari ngeroki dan mijet berbeda dari upah sebagai buruh gendong, di sini bisa Rp10.000 atau Rp 20.000 bahkan kadang-kadang lebih.
Sulastri di usianya yang hampir senja, sekarang tidak pernah menggendong beban yang berat lagi, karena kaki kanannya sudah cacad. "Saya dulu pernah jatuh saat menggendong brambang (bawang merah) seberat 61 kilogram. Saat itu saya mengalami cidera berat, di kaki kanan," sebut Sulastri yang bersuami seorang buruh di pabrik tahu di Desa Grantung Kecamatan Bayan.
Saat ini kemampuannya bekerja, imbuhnya adalah menggendong beban di bawah 10 kilogram. "Biasa saya menggendong sayuran, bakso, beras. Apa saja orang menyuruh, saya siap," ujar istri dari Salamun.
Dia menambahkan 4 anaknya, 3 orang sudah berumah tangga, tinggal si bungsu yang masih tinggal bersamanya. Anak bungsunya sudah mandiri, namun Sulastri masih enggan untuk pensiun dari buruh gendong.
"Daripada saya nganggur ya mending ke pasar, di rumah juga mau ngapain. Selain itu saya memilih punya penghasilan sendiri," terang Tri. Jika belum ada order membawa barang, Sulastri biasanya nongkrong di warung soto atau warung minum lantai 2 Pasar Baledono. Sulastri sering juga diminta oleh penjual soto untuk cuci piring. Sementara itu, perwakilan JuPe, Yudia Setiandini bersama Wahyu Nur Asmani, mengatakan dalam rangka hari Ibu, JuPe memberikan apresiasi kepada Sulastri seorang buruh gendong, di Pasar Baledono.
Kegiatan kali
ini merupakan bentuk apresiasi JuPe Purworejo kepada seorang ibu yang
berjuang menghidupi keluarganya, membantu perekonomian keluarga menjadi
buruh gendong.
"Semoga bisa menginspirasi bahwa seorang ibu akan berjuang sekuat tenaga
agar anak-anaknya bisa mendapatkan kehidupan yg lebih baik dibanding
dirinya," ujar Yudia. (widarto)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar