Kuda lumping Gema Anom Budaya Desa Semawung Purworejo tampil di Pasar Umpet (foto widarto) |
Dinamakan pasar setan, di lokasi itu terdapat sejumlah topeng kayu dengan bentuk wajah menyerupai hantu dan aneka buto raksasa yang dipajang pada setiap sudut lokasi pasar, dengan ditambahi sejumlah oncor dan bebakaran dupa menjadikan suasana pasar menjadi tampak seram.
"Pasar ini hanya diikuti beberapa pedagang saja, karena malam hari, dan pedagang lain menggelar dagangan seperti biasa di kedai pasar umpet pada Minggu paginya. Ini baru yang pertama kali dilaksanakan dan rencana pasar setan kami laksanakan secara kontinyu sebulan sekali di lokasi pasar umpet ini," ungkap pengelola pasar umpet, Hariyono, saat ditemui di lokasi pasar, Minggu (14/11/2021).
"Jadi di Purworejo ini ada perajin topeng dan kami ajak untuk kolaborasi, mungkin karena masa pandemi mereka tidak pernah mengadakan pameran atau ikut pameran, dengan kegiatan ini kita bisa ikut membantu para perajin kriya di Purworejo, hasil karya mereka kita pajang dan kita pamerkan agar bisa diketahui oleh banyak orang, oh ternyata di Purworejo ada perajin topeng yang bagus," ujarnya.
Pasar setan, lanjutnya, bukan saja dilaksanalan untuk memamerkan seni kriya, namun juga mengajak group seni kuda lumping yang baru terbentuk di Desa Semawung dengan nama group kuda lumping Gema Anom Budaya. Group kuda lumping itu tidak ditampilkan pada malam hari melainkan tampil pada siang hari untuk meramaikan suasana pasar.
"Kaitannya dengan jaran kepang atau kuda lumping, karena biasanya dalam tarian itu ada penampilan atraksi tari dengan menggunakan properti topeng, misalnya adanya topeng gedruk, pentul dan lainnya. Jadi ini kita satukan hari ini menjadi konsep pasar setan, dari malam hari hingga siang hari, dan kemudian kenapa ada pementasan jaran kepang di lokasi ini," jelasnya.
Dirinya berharap dengan konsep pasar setan, masyarakat menjadi tahu bahwa di Purworejo ada perajin topeng dari kayu dan juga ada group jaran kepang baru. Dengan adanya pasar setan itu seni kriya di Purworejo menjadi terangkat dan bisa dikenal oleh masyarakat luas termasuk seni jaran kepang yang baru terbentuk dua bulan ini.
"Kegiatan ini akan kami jadikan tema khusus dengan nama pasar setan di setiap satu bulan sekali di lokasi pasar umpet ini dan kami buka pada malam hari," tegasnya.
Perajin topeng kayu asal Desa Kedung Pucang Kecamatan Bener, Basuki Raharja, mengaku bersyukur dan senang bosa diajak berkolaborasi menggelar pasar setan. Dengan pasar setan itu dirinya merasa sangat terbantu bahwa produk kerajinan buatanya bisa dikenal oleh masyarakat yang datang di lokasi itu.
Suasana 'Pasar Setan' di Pasar Umpet (foto widarto) |
Dirinya mengaku telah memproduksi topeng kayu sejal lama. Berbagai karakter buto telah dia buat menjadi topeng. "Topeng dibuat secara custom, jadi tidak sama persis karena dibuat secara manual dan membutuhkan waktu cukup lama. Soal harga bagi yang minat bisa pesan dengan harga antara Rp 200 - 600 an sesuai jenis topeng dan tingkat kesulitan membuatnya," jelasnya.
Sementara itu pembina seni kuda lumping Gema Anom Budaya (GAB), Maryono, bersama ketua Group kuda lumping, Dwimantoro, juga mengaku senang bisa berkolaborasi di pasar setan. Group kuda lumping itu baru dua kali tampil di tempat umum.
"Group ini dibentuk oleh sekelompok pemuda di Desa Semawung dengan nama Gema Anom Budaya yang artinya gema anak muda untuk melestarikan budaya seni jaran kepang, kesenian asli Jawa Tengah," katanya.
Dikatakan, dengan kolaborasi itu, menjadikan ajang melatih mental bagi para pemain group kuda lumping itu untuk tampil di muka umum.
"Mental mereka sudah bagus, dan group ini siap tampil jika ada yang ingin nanggap atau membutuhkan," ujarnya.
Dirinya berharap, group seni kuda lumping Gema Anom Budaya bisa eksis, tetep guyub rukun dan bisa menyajikan tarian dengan koreografi yang baru dan bagus, sehingga bisa diminati oleh masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar