Ketua MPR Bambang Soesatyo |
Tantangan
ini terasa begitu nyata, di tengah realita keberagaman dan kemajemukan
sebagai sebuah bangsa.
Misalnya, hasil survei CSIS mencatat masih ada sekitar 10 persen
generasi milenial yang setuju mengganti Pancasila dengan ideologi lain.
Kemudian survei Komunitas Pancasila Muda yang dirilis pada akhir Mei
2020, juga mencatat ada sekitar 19,5 persen generasi muda menganggap
bahwa Pancasila tidak relevan bagi kehidupan.
Bahkan
sebagian responden berpandangan Pancasila hanyalah istilah yang tidak
benar-benar dipahami maknanya.
"Secara statistik, angka-angka tersebut terlihat minoritas. Namun jika
tidak disikapi dengan hati-hati dan bijaksana, akan menjadi 'duri dalam
daging' dalam pembangunan wawasan kebangsaan. Bahkan dapat menjadi 'bom
waktu' yang dapat meledak ketika mendapatkan momentum," ujar Bamsoet
dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Perhimpunan Pelajar
Indonesia di Malaysia (PPI Malaysia), secara virtual dari Jakarta, Sabtu
(7/8/2021).
Turut
serta antara lain anggota DPD RI/MPR RI Jimly Ashiddiqqie, Atase
Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur Mokhammad Farid Ma'ruf,
Dosen Fakultas Bahasa dan Komunikasi UPSI Malaysia Makmur Haji Harun,
Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Inna Junaenah, dan Dosen
Fakultas Hukum Universitas Pamulang Chessa Ario Jani Purnomo.
Hadir
pula para peserta webinar Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, baik dari
kalangan mahasiswa Indonesia, diaspora, akademisi dan masyarakat
Indonesia.
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan semakin derasnya arus globalisasi
yang menawarkan gaya hidup dan berbagai faham yang tidak selaras dengan
jati diri ke-Indonesiaan, muncul kekhawatiran bahwa semangat kebangsaan
di kalangan generasi muda akan semakin memudar. Kemudian tergeser oleh
sikap hidup hedonis, individualis, egois, dan pragmatis, yang terlanjur
dianggap sebagai sebuah modernitas.
"Saya
sangat mengharapkan partisipasi pelajar dan mahasiswa di Malaysia agar
turut berperan aktif menyampaikan narasi kebangsaan dalam rangka
menumbuh-kembangkan semangat nasionalisme, membangun karakter dan
wawasan kebangsaan. Saya meyakini narasi kebangsaan tersebut akan
membuahkan hasil yang optimal jika dimanifestasikan dalam karya nyata,
tidak berkutat pada pusaran wacana dan retorika semata," jelas Bamsoet.
Ketua
Umum Ikatan Motor Indonesia ini menambahkan, sebagai bangsa yang
majemuk, bangsa Indonesia beruntung dipersatukan oleh sebuah visi
kebangsaan dan cita-cita bersama, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yaitu
terwujudnya negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur, yang mengamanatkan dibentuknya pemerintahan yang melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
"Setelah
76 tahun merdeka, saat ini kita mulai menjejakkan kaki menyongsong era
'Indonesia Emas 2045'. Pertanyaan kolektif yang harus kita jawab bersama
adalah, ketika usia kemerdekaan kita genap mencapai satu abad pada
tahun 2045 nanti, sejauh apa capaian kita dalam mewujudkan visi
kebangsaan dan cita-cita Indonesia Merdeka, sebagaimana diamanatkan oleh
Konstitusi? Pertanyaan ini juga relevan untuk kita kemukakan kepada
generasi muda bangsa kita, karena generasi muda saat ini, adalah
generasi yang akan mengambil alih estafet kepemimpinan nasional di era
Indonesia Emas 2045," tandas Bamsoet.
Wakil
Ketua Umum Partai Golkar ini memaparkan, berdasarkan Sensus Penduduk
2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2021,
tercatat jumlah penduduk Indonesia mencapai 270,2 juta jiwa. Sebanyak
70,72 persen penduduk usia produktif, dimana hampir 69 persen nya, atau
sekitar 131,6 juta jiwa, adalah sumberdaya manusia potensial yang
berusia antara 15 hingga 44 tahun.
"BPS
juga memperkirakan pada saat usia kemerdekaan Indonesia genap satu abad
pada tahun 2045, jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 319 juta jiwa.
Dari jumlah tersebut, sekitar 70 persennya, atau sebanyak 223 juta jiwa
adalah kelompok usia produktif. Artinya, pada era Indonesia Emas nanti,
kita masih akan menikmati periode puncak bonus demografi. Saat ini
adalah yang tepat bagi kita menyiapkan generasi muda bangsa untuk
menyongsong era Indonesia Emas," pungkas Bamsoet. (*/kg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar