PURWOREJO, KABARJATENG.CO.ID - Kepala Desa Tunjung Teja Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo Suhariyono SKom, ikut mengomentari permasalahan terendamnya 40 hektare lebih persawahan di kawasan Kecamatan Pituruh, meliputi Desa Ampel, Prigelan, Sikambang dan Desa Pituruh. Kondisi aliran sungai yang mengalami pendangkalan dan perlu normalisasi (foto koim/kj)
Media ini menanyakan, akhir dari aliran drainase Kedunggupit Wetan yang tak bisa membuang air persawahan dari empat desa tersebut sehingga mengakibatkan tergenangnya area persawahan sepanjang tahun. Alhasil, lahan sawah menjadi tidur dan nasib buruk dialami para petani.
Suhariyono |
Pintu air tersebut terbuat dari fiber dengan besi ulir untuk buka tutupnya. Namun apa daya, tak mampu menahan debit air yabg besar sehingga jebol. Memang fiber tidak mengalami kekaratan seperti besi tetapi daya tahannya kurang dan tidak bertahan lama.
Penggunaan pintu air yang terbuat dari fiber ini sudah berjalan kurang lebih 3 tahunan. "Jadi selama ini memang belum pernah ada normalisasi aliran drainase 1 Kedunggupit Wetan yang telah menggenangi tanah persawahan keempat desa itu sepanjang tahun," aku KadesTunjung Teja saat ditemui media ini baru-baru ini di kediamannya.
Dirasa aneh, karena yang dilakukan normalisasi Sungai Wawar/Sungai Pepe yang membujur dari timur ke barat. "Awalnya dulu pernah ada yang dikatakan Sungai Gendong sekitar 1980-an untuk mengatasi permasalahan yang terjadi namun dengan berjalannya waktu, Sungai Gendong itu hilang dengan sendirinya," beber Suhariyono.
Komentar yang disampaikan Kades Tunjung Teja tersebut, senada dengan yang diungkapkan Kades Pituruh Akhmad Anwar yang juga ditemui kabarjateng. (koim/heri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar