Simulasi pernikahan di Bukit Sikepel (humas for kabarjateng) |
Yuli Hastuti mengatakan, Pemerintah Kabupaten Purworejo sedang gencar melaksanakan pembangunan, utamanya sektor pariwisata sebagai primadona untuk meningkatkan perekonomian daerah. Bahkan tahun ini menjadi puncak dari tahun kunjungan wisata Purworejo atau Romansa Purworejo 2020.
Akibat adanya pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, maka hampir semua lini kehidupan menjadi terganggu, tak terkecuali sektor pariwisata. Semua tempat wisata harus ditutup, sehingga berdampak pada para pelaku pariwisata maupun pelaku usaha lain yang mendukung sektor pariwisata, seperti jasa transportasi, jasa penginapan, bahkan hingga para pengrajin suvenir dan penjual makanan minuman.
“Demikian juga usaha jasa sejenis termasuk jasa wedding organizer (perencana dan pelaksana pesta pernikahan), karena masyarakat sempat dilarang mengadakan hajatan. Sehingga otomatis penyedia jasa wedding organizer tidak dapat menjalankan roda usahanya,” ujarnya.
Dikatakan, seiring memasuki adaptasi kebiasaan baru atau new habit, masyarakat sudah bisa menjalankan kegiatan ekonomi, sosial dan keagamaan. Masyarakat boleh mengadakan hajatan, namun diharapkan tidak mengundang tamu terlalu banyak apalagi dari luar daerah. Dan yang lebih penting, kewaspadaan untuk pencegahan Covid-19 tetap menjadi prioritas, sehingga setiap aktivitas harus tetap menerapkan protokol kesehatan.
Yakni wajib memakai masker, menjaga jarak antar individu dan sering cuci tangan pakai sabun. Sehingga melalui simulasi ini, diharapkan bisa terlaksana prosesi pernikahan yang sakral namun tetap menerapkan protokol kesehatan.
“Penerapan protokol kesehatan sangat penting, apalagi setelah adanya penambahan kasus positif baru di Kabupaten Purworejo, setelah sebelumnya sempat berada di zona hijau dalam hal penyebarannya,” tutur Yuli Hastuti.
Sementara Agung Wibowo mengatakan, sudah diterbitkan surat edaran terkait tata cara atau standart operasional penyelenggaraan kepariwasataan, seni budaya termasuk ekonomi kreatif yang berkaitan erat dengan bidang pariwisata dan kebudayaan. Termasuk kegiatan budaya seperti simulasi pernikahan, juga kemasyarakatan. Ada catatan penting utamanya yang akan menyelenggarakan kegiatan hajatan seperti ini.
Dalam waktu empat bulan terakhir lanjut Agung Wibowo, pelaku usaha Wedding Organizer dan pelaku kesenian, tidak bisa berkegiatan seperti ini. Sekarang bisa melaksanakan kegiatan, namun dengan ketat wajib sesuai standar operasional dan mengacu keputusan bersama menteri pariwisata, menteri ekonomi kreatif dan menteri Pendidikan kebudayaan No 2/2020.
"Disarankan dalam kegiatan hajatan tidak bersentuhan fisik. Juga penggunaan mikrofon agar satu mikrofon untuk satu orang atau kalau bergantian disediakan sarung mikrofon. Simulai ini sudah sesuai protokol kesehatan,” jelasnya.
Sementara itu ketua pelaksana simulasi Galih Gerranda Vibra Ramadhani melaporkan, simulasi resepsi pernikahan di era new habit merupakan gagasan rekan-rekan perias.
“Di saat pandemi, bisa dikatakan tiarap sehingga ketika dicabut masa tanggap darurat, kami kemarin bersama-sama menggelar acara resepsi pernikahan dengan protokol kesehatan yang benar. Harapannya kedepan dapat menggelar resepsi dengan ketentuan yang sudah diatur. Kami berharap dapat memperbaiki ekonomi meskipun cukup sulit. Kami pilih wisata bukit Sikepel karena tempat terbuka dapat mendukug disaat pandemi sepertt sekarang ini,” jelasnya. (*/hms)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar