Agustinus Susanto mencoba memainkan seruling buatan Gigih-putra sulung Dimas Nanang Hariyadi (ist/kj) |
Sebelum keesokan harinya bertolak kembali ke Jakarta karena ada tugas-tugas yang harus diselesaikan, Senin (16/3/2020) malam, AS bersilaturahim ke salah satu sahabatnya, budayawan Dimas Nanang Hariyadi.
Dimas Nanang bersama istri dan anaknya foto bersama Agustinus Susanto (ist/kj) |
Ibarat bertemu sahabat lama, pertemuan begitu hangat. "Sayang sekali berada di sini, kalau saya cuma duduk dan ngobrol. Lebih baik kita keliling melihat satu per satu lukisan dan hasil karya lainnya para seniman," ungkap AS yang mencintai seni budaya, bertekad mengembangkan seni budaya Purworejo makin dikenal di kancah nasional maupun internasional, dan lebih penting mendorong bagaimana hasil karya para seniman menjadi lebih dihargai.
Diam-diam AS ternyata cukup mahir bermain seruling bambu. Putra pertama Nanang, Gigih, yang kini masih kelas XII di salah satu SMKN di Purworejo, jago dalam bermain seruling bambu, seruling bambu dalam berbagai bentuk maupun khas berbagai daerah.
AS sempat mempraktekkan gayanya main seruling di depan Nanang dan istrinya Saraswati serta Gigih. Tak mau kalah, Gigih pun memamerkan kepiawaiannya dalam memainkan seruling bambu. "Gigih bercita-cita masuk Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Khususnya di musik seruling. Tak hanya memainkan seruling, Gigih juga membuat seruling bambu. Dan hasil karya serulingnya dipasarkan, nantinya untuk membantu pembiayaan saat masuk ISI Yogya," beber Nanang.
Gigih bersama pemain seruling lainnya, membuat grup musik yang dinamai Pagar Bambu, mencintai kearifan lokal, memanfaatkan bambu di sekitar untuk digunakan alat musik dan memainkannya dengan penuh kecintaan. "Saya bangga dengan anak-anak muda, anak-anak milenial seperti ini. Tepat kata Bung Karno, berikan Aku 10 pemuda, akan Kuguncangkan dunia," tegas AS yang memborong teh daun kelor buatan usaha rumahan istri Nanang, Saraswati. (kj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar