Disiapkan 20.000 Bibit Tanaman
Hermawan Wahyu Utomo (kanan) saat ditemui kabarjateng di ruang kerjanya (foto : sigit widiyanto/kj) |
Menurut panitia pelaksana Ir
Hermawan Wahyu Utomo MSi, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan sumbangsih insan-insan
Muda Ganesha untuk masyarakat Purworejo supaya menjaga dan mengamankan wilayah
Kabupaten Purworejo dari dampak bencana alam.
“Harapannya, dengan kegiatan
penanaman tanaman konservasi ban buah, Kabupaten Purworejo akan bisa memenuhi
harapannya sebagai Purworejo Mulyo, gemah ripah loh jinawi,” sebut Hermawan-alumni
MG yang juga Dirrt PDAM Tirta Perwitasari Purworejo.
Hermawan menyebut, penanaman
dan pembagian bibit sekitar 20.000 bibit tanaman koservasi dan buah , yaitu
berupa jati, gayam, jambu, durian, petai, mangga, jengkol, durian otong, durian
pelangi atururi, durian kromo Banyumas, manggu arum manis dan kelengkeng itoh. (Selengkapnya
dapat dilihat pada daftar di bawah)
Disebutkan, Kabupaten Purworejo
merupakan daerah subur tetapi juga menyimpan potensi-potensi bencana alam
seperti banjir, longsor, tanah bergerak (subsidence),
kekeringan, abrasi dan berpotensi dampak
tsunami. Dari Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2018 Kabupaten
Purworejo rangking nomor 4 setelah Kabupaten Maluku Barat Daya, Majene dan Kota
Gunung Sitoli Provinsi Sumatera Utara (Sumber : Badan Nasional Penanggulangan
Bencana BNPB).
Kondisi Geologi eksisting
Kabupaten Purworejo terbentuk dari lapukan andesit sehingga apabila tejadi
hujan deras 1 atau 2 jam tanah tersebut akan lunak dan sangat lembek sehingga
mudah sekali longsor.
Selain itu wilayah Kabupaten
Purworejo merupakan daerah pertemuan lempeng (subduction Area) Indo
Australia dan lempeng Eurasia yang
bergerak terus sekitar 7 centi meter per tahun. Saat terjadi gerakan patahan
lempeng (tektonik) yang berpotensi tsunami maka daerah selatan Purworejo sangat
besar kemungkinan terkena dampak. Kabupaten Purworejo juga dikelilingi oleh 2
sesar atau patahan besar yaitu Sesar Kulon Progo dan Sesar Serayu. Struktur
Geologi tersebut menyebabkan wilayah Kabupaten Purworejo sangat sering terjadi
gerakan tanah (Subsidence) di
beberapa wilayahnya.
Terjadi alih fungsi lahan
dan fungsi hutan negara, padahal daerah tersebut merupakan darah tangkapan air
hujan (Catchmen area) yang harusnya
berisi tanaman – tanaman keras sebagai pengikat air dan tanah berubah menjadi
tanaman industri seperti albasia, sengon, pinus dan lahan pertanian padahal
tanaman tersebut justru mengambil air dan tidak mampu mengikat tanah yang berasal
dari lapukan andesit (soil)
menyebabkan ketidak normalan siklus hidrogeologi. Pertumbuhan
perumahan-perumahan dan pembangunan jalan desa (rabat beton) di desa-desa yang
menghambat meresapnya air ke cekungan air (aquifer)
ikut merusak siklus tersebut. Akibat yang lain adalan terus berkurangnya cadangan–cadangan air yang berada di cekungan
air (aquifer) di Purworejo yang
semakin tahun terus berkurang (data-data Sumur PDAM Purworejo).
Di bagian selatan Purworejo yang
dataran yang terbentuk dari kipas lumpur (Alluvial)
sangat mudah terkena abrasi dari gelombang pasang Samudera Indonesia. Kecepatan Abrasi antara 2 hingga 10 meter
per tahun Padahal lokasi tersebut juga berpotensi bahaya tsunami karena
sepanjang pantai di pesisir Purworejo termasuk daerah terdampak tumbukan
lempeng (Subduction Area).
“Hal ini yang menyebabkan
Kabupaten Purworejo secepatnya sangat diperlukan adanya konservasi tanah dan
air,” tegas Hermawan-mantan Kepala Desa Banjarsari Kecamatan Purwodadi.
Hal demikian diharapkan timbul
pemahaman untuk sedini mungkin untuk mengantisipasi potensi bencana tersebut
dengan memberi pengetahuan kondisi existing kabupaten purworejo ke semua
lapisan masyarakat dan stake holder,
dari kesadaran tersebut diharapkan akan
timbul gerakkan yang secara terus
menerus untuk melakukan kegiatan-kegiatan konservasi alam.
Selalu menggalakkan edukasi mitigasi bencana ke semua elemen
masyarakat sangat diperlukan termasuk
memasukkan kurikulum mitigasi bencana ke siswa melalui sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi di Purworejo, sehingga masyarakat Purworejo akan sadar akan bahaya bencana alam dan
antisipasinya. Melakukan tindakan konservasi alam dengan mengganti tanaman industri
menjadi pohon – pohon konservasi merupakan kegiatan yang sangat tepat. (*/kj)
1.
Jati
2.
Gayam
3.
Jambu
4.
Duren
5.
Pete
6.
Mangga
7.
Jengkol
8.
Durian
otong
Durian Pelangi Atururi
Durian kromo Banyumas
9.
Mangga Arum
manis
10.
Kelengkeng
itoh
|
4000 btg
4.000 btg
200 btg
200 btg
200
btg
200
btg
200
btg
500 btg
2.500 btg
3.158 btg
500 btg
2000 btg
|
Lokasi Kegiatan :
1. Siklotok Desa Kaligono Kec.
Kaligesing
2. Desa Loano Kec. Loano
3. Kec. Gebang
4. Kec. Pituruh
5. Kec Bruno
6. Kec. Kemiri
7. Kec. Bener
8. Kec. Purworejo
9. Kec. Begelen
10. Kec. Ngombol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar