Programkan Pelatihan Pemuda Purworejo yang Ingin Masuk TNI/Polri
Agustinus Susanto saat latihan sebagai prajurit Kopassus yang langsung dipantau Prabowo Subianto (ist/kj) |
AS menegaskan, sikap bela negara harus dimiliki setiap warga negara, menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKR) menjadi tugas dan tanggung jawab bersama, tanpa kecuali.
"Kelangsungan dan keutuhan NKRI, itu menjadi tanggung jawab kita bersama. Menjaga utuhnya NKRI yang sangat majemuk ini, yang berdasar Pancasila dan UUD 1945. Kita perlu bangkitkan cinta tanah air, semangat dan wawasan kebangsaan," seru AS yang mendaftar balon bupati lewat DPC Gerindra Purworejo.
"Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara sebagai nilai
dasar bela negara itu, mencakup cinta tanah air, sadar berbangsa dan
bernegara, yakin pada Pancasila sebagai ideologi negara. Harus rela berkorban
untuk bangsa dan negara serta memiliki kemampuan awal bela negara," beber AS dalam keterangannya kepada media ini, baru-baru ini.
AS menambahkan, dirinya memiliki program kerja jika diberi amanah oleh warga Purworejo nantinya, yakni membuka pelatihan bagi para pemuda dan pemudi Kabupaten Purworejo, yang ingin dan tertarik menjadi prajurit TNI maupun Polri.
"Itu salah satu program saya. Buat pelatihan, para pemuda Purworejo yang mau jadi tentara atau polisi, dilatih maksimal. Saya akan kerja sama dengan Batalyon Infanteri 412/Raider dan Brimob yang bermarkas di Kutoarjo. Dan tentu hasil dari pelatihan itu, akan dibuat rekomendasi jika para pemuda Purworejo yang sudah dilatih, layak menjadi prajurit TNI atau Polri." tegas AS.
AS berkaca dari sejarah tokoh-tokoh besar Purworejo, jika banyak pahlawan, tokoh pejuang yang lahir dan berasal dari Purworejo. Dia pun sepakat, Purworejo layak dan tepat disebut sebagai Kota Pejuang.
Untuk diketahui, Hari Bela Negara diperingati setiap tanggal 19
Desember melalui Keppres Nomor 28 Tahun 2006. Penetapan 19 Desember sebagai Hari Bela Negara dipilih untuk mengenang
peristiwa sejarah ketika 19 Desember 1948, Belanda melancarkan
Agresi Militer II dengan mengumumkan tidak adanya lagi Negara
Indonesia. Ketika itu, Presiden RI Ir Soekarno memberikan mandat penuh
kepada Mr Syafrudin Prawinegara untuk menjalankan pemerintahan dengan
membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Padang,
Sumatera Barat, guna menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia. (kj/net)
19 Desember diperingati
sebagai Hari Bela Negara (HBN). Peringatan ini bersumber dari deklarasi
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dibentuk pada 19
Desember 1948 oleh Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat.
Deklarasi ini dilakukan karena saat itu ibukota negara, Yogyakarta
diduduki oleh Belanda dan para pemimpin seperti Soekarno, Hatta dan
Syahrir diasingkan ke luar Jawa.
Langkah didirikannya PDRI sebagai bentuk eksistensi bahwa Indonesia,
yang mulai diduduki lagi oleh Belanda saat itu, masih ada. Jika
Yogyakarta sudah diduduki maka masih ada wilayah lain yang akan
bertindak sebagai Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan negara yang sangat luas dan beragam
Dalam artikel tirto.id bertajuk Syafruddin Prawiranegara: Menyelamatkan
Republik, Lalu Membelot, diungkap bahwa Sjafruddin sebenarnya sudah
diserahkan mandat untuk memimpin Indonesia oleh Soekarno. Saat itu
Presiden mengirimkannya telegram, tetapi jaringannya terputus karena
Belanda. Pasukan tempur Indonesia yang dipimpin Jendral Soedirman pun
mengakui PDRI.
"Angkatan bersenjata Republik bersatu dengan PDRI dalam pemahaman,
keinginan, sikap, dan tindakan,” tegas Soedirman
PDRI berdiri selama 207 hari. Tanggal 13 Juli 1949, Sjafruddin
mengembalikan mandat kepada Sukarno, dan beberapa bulan berselang,
Belanda akhirnya mengaku kedaulatan RI secara penuh.
Keputusan peringatan HBN diatur dalam Keppres No.28 tahun 2006. Wakil
Ketua MPR Hidayat Nur Wahid memperingati HBN ini dengan mengingatkan
kita kembali pada perjuangan PDRI dalam mempertahankan Indonesia.
Dilansir Antara, Hidayat mengatakan bahwa sikap Sjafruddin dan tokoh
nasional pengusung PDRI sangat patut dicontoh. Mereka tetap menunjukkan
kepada seluruh dunia bahwa Indonesia masih ada dan berdaulat, meskipun
berpusat sementara di Sumetera Barat.
Baca selengkapnya di artikel "Sejarah Hari Bela Negara yang Diperingati Setiap 19 Desember", https://tirto.id/enJ5
Baca selengkapnya di artikel "Sejarah Hari Bela Negara yang Diperingati Setiap 19 Desember", https://tirto.id/enJ5
19 Desember
diperingati sebagai Hari Bela Negara (HBN). Peringatan ini bersumber
dari deklarasi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang
dibentuk pada 19 Desember 1948 oleh Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera
Barat.
Deklarasi ini dilakukan karena saat itu ibukota negara, Yogyakarta
diduduki oleh Belanda dan para pemimpin seperti Soekarno, Hatta dan
Syahrir diasingkan ke luar Jawa.
Langkah didirikannya PDRI sebagai bentuk eksistensi bahwa Indonesia,
yang mulai diduduki lagi oleh Belanda saat itu, masih ada. Jika
Yogyakarta sudah diduduki maka masih ada wilayah lain yang akan
bertindak sebagai Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan negara yang sangat luas dan beragam
Dalam artikel tirto.id bertajuk Syafruddin Prawiranegara: Menyelamatkan
Republik, Lalu Membelot, diungkap bahwa Sjafruddin sebenarnya sudah
diserahkan mandat untuk memimpin Indonesia oleh Soekarno. Saat itu
Presiden mengirimkannya telegram, tetapi jaringannya terputus karena
Belanda. Pasukan tempur Indonesia yang dipimpin Jendral Soedirman pun
mengakui PDRI.
"Angkatan bersenjata Republik bersatu dengan PDRI dalam pemahaman,
keinginan, sikap, dan tindakan,” tegas Soedirman
PDRI berdiri selama 207 hari. Tanggal 13 Juli 1949, Sjafruddin
mengembalikan mandat kepada Sukarno, dan beberapa bulan berselang,
Belanda akhirnya mengaku kedaulatan RI secara penuh.
Keputusan peringatan HBN diatur dalam Keppres No.28 tahun 2006. Wakil
Ketua MPR Hidayat Nur Wahid memperingati HBN ini dengan mengingatkan
kita kembali pada perjuangan PDRI dalam mempertahankan Indonesia.
Dilansir Antara, Hidayat mengatakan bahwa sikap Sjafruddin dan tokoh
nasional pengusung PDRI sangat patut dicontoh. Mereka tetap menunjukkan
kepada seluruh dunia bahwa Indonesia masih ada dan berdaulat, meskipun
berpusat sementara di Sumetera Barat.
Hidayat juga mengagumi rasa keprihatinan dan kerendahan hati Sjafruddin
yang tidak memakai label Presiden pada dirinya.
"Sikap kenegarawanan Sjafruddin sangat jelas, sehingga tokoh nasional
dar
Baca selengkapnya di artikel "Sejarah Hari Bela Negara yang Diperingati Setiap 19 Desember", https://tirto.id/enJ5
Baca selengkapnya di artikel "Sejarah Hari Bela Negara yang Diperingati Setiap 19 Desember", https://tirto.id/enJ5
19 Desember
diperingati sebagai Hari Bela Negara (HBN). Peringatan ini bersumber
dari deklarasi Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang
dibentuk pada 19 Desember 1948 oleh Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera
Barat.
Deklarasi ini dilakukan karena saat itu ibukota negara, Yogyakarta
diduduki oleh Belanda dan para pemimpin seperti Soekarno, Hatta dan
Syahrir diasingkan ke luar Jawa.
Langkah didirikannya PDRI sebagai bentuk eksistensi bahwa Indonesia,
yang mulai diduduki lagi oleh Belanda saat itu, masih ada. Jika
Yogyakarta sudah diduduki maka masih ada wilayah lain yang akan
bertindak sebagai Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia
merupakan negara yang sangat luas dan beragam
Dalam artikel tirto.id bertajuk Syafruddin Prawiranegara: Menyelamatkan
Republik, Lalu Membelot, diungkap bahwa Sjafruddin sebenarnya sudah
diserahkan mandat untuk memimpin Indonesia oleh Soekarno. Saat itu
Presiden mengirimkannya telegram, tetapi jaringannya terputus karena
Belanda. Pasukan tempur Indonesia yang dipimpin Jendral Soedirman pun
mengakui PDRI.
"Angkatan bersenjata Republik bersatu dengan PDRI dalam pemahaman,
keinginan, sikap, dan tindakan,” tegas Soedirman
PDRI berdiri selama 207 hari. Tanggal 13 Juli 1949, Sjafruddin
mengembalikan mandat kepada Sukarno, dan beberapa bulan berselang,
Belanda akhirnya mengaku kedaulatan RI secara penuh.
Keputusan peringatan HBN diatur dalam Keppres No.28 tahun 2006. Wakil
Ketua MPR Hidayat Nur Wahid memperingati HBN ini dengan mengingatkan
kita kembali pada perjuangan PDRI dalam mempertahankan Indonesia.
Dilansir Antara, Hidayat mengatakan bahwa sikap Sjafruddin dan tokoh
nasional pengusung PDRI sangat patut dicontoh. Mereka tetap menunjukkan
kepada seluruh dunia bahwa Indonesia masih ada dan berdaulat, meskipun
berpusat sementara di Sumetera Barat.
Hidayat juga mengagumi rasa keprihatinan dan kerendahan hati Sjafruddin
yang tidak memakai label Presiden pada dirinya.
"Sikap kenegarawanan Sjafruddin sangat jelas, sehingga tokoh nasional
dar
Baca selengkapnya di artikel "Sejarah Hari Bela Negara yang Diperingati Setiap 19 Desember", https://tirto.id/enJ5
Baca selengkapnya di artikel "Sejarah Hari Bela Negara yang Diperingati Setiap 19 Desember", https://tirto.id/enJ5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar