Lusiano : Ibu Kota Negara yang Baru Sebaiknya Dinamakan DKI Kutai Kartanegara
terbebani
pikiran soal nasib DKI Jakarta. Suatu obrolan di siang hari, sembari
makan nasi kuning dan soto Banjar, Lusiano mengungkapkan, mengapa harus
repot mencari calon wakil gubernur DKI Jakarta?
"Panggil
aja lagi Mas Sandiaga Uno yang sudah sempat berjuang sebagai wakil
gubernur DKI Jakarta. Pasti banyak yang bisa dia buat untuk membantu Mas
Anis," kata Lusiano, selain aktivis Dayak, juga ahli pengacara,
wartawan dan konsultan ahli perminyakan.
Dia
mengingatkan, jika masuk penghujan, siap-siap bencana banjir datang di
Jakarta. "Apabila masih sulit juga cari calonnya, saya Lusiano siap
melamar jadi wakil gubernur DKI Jakarta. Gitu aja kok repot, membantu
menyarankan membenahi ibu kota negara DKI Jakarta dan menyarankan
presiden RI untuk atasi permasalahan Jakarta dan Pulau Jawa untuk
kemanusiaan, kesehatan, lingkungan hidup dari yang namanya kepadatan
penduduk," beber Lusiano.
"Satu-satu
jalan untuk pemerataan pembangunan, segera pindah ibu kota negara ke
Kalimantan. Dan juga untuk keamanan negara, semuanya sentralistik di
Jawa, sudah kurang aman dan tidak nyaman," tegas dia.
Lusiano
pun siap bergabung menjadi konsultan
Pemerintah maupun pengawas pembangunan Ibu Kota Negara di Kalimanatan.
Sebagai
aktivis Borneo, siap masuk sebagai pengawas atau komisaris di BUMN
khususnya
di perminyakan. Bidang perminyakan, banyak digelutinya selama 45 tahun
sampai saat ini. Dirinya aktif memberikan masukan ke Pertamina untuk ke
masa depan, memberikan saran-saran
memaksimalkan usaha-usaha kecil daerah, merger dengan
pengusaha-pengusaha besar Jakarta yang
bergerak di perminyakan.
"Memaksimalkan rekrutmen pegawai putra daerah agar
terjadi perimbangan dan keadilan-keadilan, untuk antisipasi kondusivitas masa depan
dan jangka panjang sebagai bentuk pemerataan," urai Lusiano.
Lusiano
menyarakan kepada Presiden RI Joko Widodo, agar ibu
kota negara baru agar diberinama DKI KUTAI KARTANEGARA, karena letaknya
di tanah kerajaan Hindu tertua di Indonesia yaitu di Kutai Kartanegara.
Lusiano
saat ini aktif juga di perjuangan Gerakan Dayak Nasional (GDN),
mengetuk
bersama teman-teman aktivis, mengetuk pintu istana menyampaikan aspirasi
agar SDM-SDM Dayak dilibatkan dalam kabinet dan kegiatan-kegiatan BUMN
BUMN untuk pengembangan
pemberian kesempatan.
Sedikit
bercanda, Lusiano mengatakan, sayang disayangkan jika SDM Dayak
multitalenta seperti dirinya, jika tidak dimanfaatkan, nanti dipakai
negara asing. "Nyesel nanti Pak Presiden, ada orang Dayak pinter tidak
dimanfaatkan. Dijamin kerja dan ada kemampuan, tidak mau dikasih tahta
untuk tutup mulut saja atau untuk meredam, tidak. Mau jabatan untuk
saya bisa berbuat
untuk orang lain, negara dan dan bangsa. Tidak mau tahta yang hanya
untuk tutup
mulut saja, tidak mau nanti takut masuk neraka," tandas Lusiano. (*/tw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar