JAKARTA
- Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menegaskan lunturnya nilai-nilai
kebudayaan di generasi muda harus mendapat perhatian serius dari semua
pihak. Para elite politik diminta tidak hanya sibuk bertengkar
memperebutkan kekuasaan semata. Tetapi, harus menjadi tauladan bagi
generasi muda agar bangga menjadi anak Indonesia.
"Terlepas dari suka atau tidak, demam seperti K-Pop telah sangat masif memengaruhi kebudayaan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kini anak-anak muda lebih suka bergaya korean style, harajuku style, arabian style maupun western style. Padahal Indonesia punya banyak ragam budaya, dari mulai fashion, alat musik maupun falsafah kehidupan dari kearifan lokal di berbagai daerah," ujar Bamsoet saat menerima Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid bersama pengurus Forum Gelora Kebangsaan, di Ruang Kerja Ketua DPR RI, Jakarta, Senin (24/06/2019).
"Terlepas dari suka atau tidak, demam seperti K-Pop telah sangat masif memengaruhi kebudayaan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Kini anak-anak muda lebih suka bergaya korean style, harajuku style, arabian style maupun western style. Padahal Indonesia punya banyak ragam budaya, dari mulai fashion, alat musik maupun falsafah kehidupan dari kearifan lokal di berbagai daerah," ujar Bamsoet saat menerima Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid bersama pengurus Forum Gelora Kebangsaan, di Ruang Kerja Ketua DPR RI, Jakarta, Senin (24/06/2019).
Turut hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Koordinator Forum Gelora Kebangsaan Witaryono Reksoprodjo, Anggota Forum Gelora Kebangsaan Jusuf Suroso, Ari Nurcahyo dan Putut Trimusodo.
Legislator Dapil VII Jawa Tengah yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumen ini berpendapat cara indoktrinasi secara halus yang dilakukan berbagai negara sepeti Korea, Jepang, Timur Tengah maupun negara-negara barat melalui film, lagu, cerita komik maupun fashion, perlu dipelajari untuk dijadikan contoh. Ini menjadi tantangan bagi para pemangku kepentingan, khusunya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Badan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk menghidupkan ruang-ruang indoktrinasi budaya Indonesia dengan cara-cara halus kepada para generasi muda Indonesia.
"Indoktrinasi tidak selamanya berarti buruk. Indonesia punya Pancasila sebagai ideologi bangsa yang didalamnya memuat keluhuran budaya bangsa. Nilai-nilai tersebut tidak bisa hanya didiamkan saja, melainkan harus ditanamkan kepada generasi bangsa melalui pendekatan yang menarik dan interaktif. Bukan dengan cara paksaan atau otoritarian," tutur Bamsoet.
Karenanya, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menyambut baik rencana penyelenggaraan seminar 'Kebudayaan Indonesia dalam Dimensi Kekinian dan Perspektif Masa Depan', tanggal 3-4 Juli 2019 di Jakarta. Seminar yang diselenggarakan Forum Gelora Kebangsaan bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Lemhannas ini akan menjadi kick off penanaman kebudayaan nasional yang bisa dilanjutkan di berbagai provinsi hingga kabupaten/kota.
"Seminar tersebut harus mampu menjawab berbagai tantangan budaya yang dihadapi Indonesia. Semisal, radikalisme dan sektarianisme, ideologi transnasional, krisis karakter dan budaya nasional, serta krisis kebangsaan dan bernegara. Sehingga bisa menjadi jembatan menuju peradaban Indonesia sebagai sebuah bangsa yang berbudaya. Dengan demikian masa depan Indonesia sebagai sebuah bangsa maupun negara tetap akan jaya," terang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila yang dalam audiensi tersebut diangkat menjadi Penasehat Forum Gelora Kebangsaan meyakini, melalui seminar tersebut Forum Gelora Kebangsaan juga bisa mempertegas komitmen bersama untuk mewujudkan gerakan 'Revolusi Mental' sebagai poros utama pemajuan kebudayaan. Revolusi mental yang digaungkan Presiden Joko Widodo jangan sampai kedodoran ditengah jalan. Harus terus digencarkan, sehingga Indonesia bisa kembali ke jati diri yang sesungguhnya.
"Mari kita kembali ke sifat gotong royong, bukan individualistis. Kembali ke sikap silih asah, asih dan asuh, bukan penebar kebencian atau permusuhan. Kembali menikmati pagelaran kebudayaan seperti wayang maupun sendratari, bukan hanya menikmati konser artis mancanegara. Dengan adanya penghargaan dan apresiasi yang datang dari segenap elemen bangsa, akan semakin menguatkan benteng kebudayaan sebagai penjaga kedaulatan NKRI," pungkas Bamsoet. (*/ki)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar