SIARAN PERS IPW: Salam Neta S Pane
Ketua Presidium Ind Police Watch
KOMISIONER KPK harus mampu bersikap
tegas dalam menyelesaikan aksi cakar-cakaran yang berkembang luas di
internalnya. Sebab konflik internal itu kian berkembang luas akibat Komisioner
KPK tidak tegas dan membiarkan aksi politisasi terhadap lembaga anti rasuah itu
serta membiarkan munculnya pihak-pihak yang merasa full power di lembaga
tersebut.
Ind Police Watch (IPW) menilai, aksi
cakar-cakaran di KPK makin berbahaya bagi masa depan pemberantasan korupsi di
negeri ini. Apalagi saat ini muncul isu bahwa KPK terbelah menjadi dua, antara
"kelompok polisi India dan kelompok polisi Taliban". Aksi cakar-cakaran
itu kian panas tatkala muncul petisi dan surat terbuka dari para penyidik KPK.
Namun Komisioner KPK tak pernah
menyikapi aksi cakar-cakaran itu secara transparan. Belakangan muncul desakan
agar Deputi Penindakan KPK Irjen Firli diperiksa karena melanggar kode etik.
Boleh saja kasus pelanggaran etik ini diproses. Namun, IPW mengimbau Komisioner
KPK bisa bersikap tegas dan tidak memihak dan jangan terlibat politisasi.
Artinya, selain Firli, Novel
Baswedan juga harus diperiksa. Sebab Novel disebut-sebut "sebagai orang
kita" oleh tokoh-tokoh partai Gerindra. Bahkan Novel disiapkan sebagai
jaksa agung jika Prabowo memenangkan pilpres 2019 dan beritanya sudah dilansir
dan tersebar di banyak media. Tapi kenapa Novel tidak diperiksa. Bukankah ini
politisasi yang membahaya KPK, apalagi jika dilihat dari data yang ada, sejak
Januari hingga April 2019, sebagian besar sasaran OTT KPK hanyalah tokoh-tokoh
partai mitra koalisi Jokowi.
IPW menilai, keluarnya petisi yang
disusul surat terbuka dari penyidik KPK menunjukkan lembaga anti rasuah itu
makin tidak sehat. Petisi dan surat terbuka itu menunjukkan aksi cakar-cakaran
di internal KPK makin memuncak dan ini harus segera dihentikan.
Tapi sepertinya Komisioner KPK tdk
berdaya menghadapinya. Jika aksi cakar-cakaran di internal KPK kian
tereskalasi, lalu pemberantasan korupsi seperti apa yg bisa diharapkan dari KPK
dan apa gunanya KPK jika internal lembaga itu cakar-cakaran terus.
Analisa IPW terhadap kondisi
terakhir KPK sangat memprihatinkan. Komisioner tidak tegas, memihak, dan
cenderung terlibat konflik yg melanda para penyidik, sehingga di KPK muncul isu
adanya perang Bubat antara "kelompok polisi India dan kelompok polisi Taliban".
Situasi ini sangat berbahaya bagi masa depan KPK. Bukan mustahil kedua kelompok
ini dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu untuk
mengamankan kelompoknya dan mengkriminalisasi lawan politiknya. IPW khawatir
situasi ini akan membuat KPK main hantam kromo tanpa peduli lagi dengan target
awal pembentukan KPK, yakni membebaskan Indonesia dari korupsi. Solusi yang
harus dilakukan segera adalah Komisi 3 DPR harus mengevaluasi situasi aktual
KPK.
Selain itu DPR baru nanti harus
mencermati perkembangan KPK, jika jajaran internal KPK sudah main-main politik,
buat apa lembaga itu dipertahankan lagi, sebaiknya dibubarkan saja. Sebab bukan
mustahil KPK akan menjadi alat politik pihak tertentu untuk mengkriminalisasi
lawan politiknya dan KPK akan menjadi sumber kegaduhan baru. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar