"Kita berencana menerbitkan
buku dalam rangka memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia - Jepang.
Buku ini berisi tentang berbagai hal yang ditulis oleh para peserta lomba
menulis essay yang dilaksanakan Kappija-21, bekerjasama dengan JICA dan PPWI
beberapa waktu lalu," jelas Mulyono Lodji, Presiden Kappija-21 usai
pertemuan dengan pihak JICA.
Buku spesial persembahan Kappija-21
kepada kedua bangsa Indonesia dan Jepang ini, tambah Mulyono, adalah dalam
rangka menorehkan jejak sejarah atas perayaan 60 tahun hubungan diplomatik
Indonesia - Jepang, 1958 - 2018, yang baru saja berlalu. "Buku penting ini
berisi tentang refleksi para pemuda Indonesia atas 60 tahun hubungan
persahabatan Indonesia - Jepang," imbuh lelaki asal Makassar yang
berangkat ke Jepang dalam rangka program persahabatan Indonesia - Jepang Abad
21 pada tahun 1999 itu.
Sementara di saat dan tempat yang
sama, Sekretaris Jenderal Kappija-21, Wilson Lalengke, menjelaskan keunikan dan
keistimewaan buku perdana keluaran Kappija-21 ini, menurutnya, isi buku
tersebut cukup beragam, karena ditulis oleh lima-puluhan generasi muda yang
berasal dari berbagai latar belakang pengetahuan, pengalaman, pendidikan dan
domisili serta usia.
"Keunikan masing-masing
individu penulisnya membuat warna-warni isi buku ini menjadi salah satu daya
tarik tersendiri bagi para pembaca," ujar Wilson yang juga adalah Ketua
Umum PPWI Nasional itu.
Bagaimana tidak, sambung Wilson,
para penulis menuliskan refleksi berdasarkan pandangan masing-masing tentang
beragam hal sesuai dengan minat dan bekal pengetahuan serta pengalamannya.
Cerita tentang MRT di Jakarta yang barusaja diresmikan Presiden RI Joko Widodo,
yang merupakan salah satu hasil kerjasama fenomenal Indonesia - Jepang, menjadi
topik tulisan salah seorang penulis buku ini.
Sebagian lagi bercerita tentang pengalaman Indonesia menghadapi bencana alam yang cukup sering dialami bangsa Indonesia di hampir seluruh wilayah, persis sama dan sebangun dengan kondisi kebencanaan yang dihadapi bangsa Jepang. Usulan solutif, termasuk program saling membelajarkan antar dua bangsa 'kakak-adik' ini dalam mengantisipasi berbagai kemunculan bencana di wilayah masing-masing, dapat kita baca dalam ulasan beberapa penulis. Harapannya, akan terbentuk sebuah kesadaran kolektif dua bangsa Indonesia dan Jepang, yang bukan hanya berhenti pada diksi "Disaster Management" tapi akan mewujud menjadi "Disaster Friend".
Cerita jenaka, yang tidak jarang mengharukan, juga banyak kita jumpai dalam beberapa tulisan para kontributor buku ini. Ulasan tentang budaya Jepang yang banyak tersirat dalam film anak-anak yang menampilkan tokoh utama Nobita dengan Doraemonnya misalnya, sangat kuat memicu imajinasi kreatif dalam suasana yang relaks, santai dan menyenangkan. Belum lagi keusilan tokoh Sinchan yang tentu akan membuka cakrawala intuitif pembaca dalam menyikapi dunia yang semakin kompleks ini dengan berbagai inovasi positif di lingkungan masing-masing.
Sebagian lagi bercerita tentang pengalaman Indonesia menghadapi bencana alam yang cukup sering dialami bangsa Indonesia di hampir seluruh wilayah, persis sama dan sebangun dengan kondisi kebencanaan yang dihadapi bangsa Jepang. Usulan solutif, termasuk program saling membelajarkan antar dua bangsa 'kakak-adik' ini dalam mengantisipasi berbagai kemunculan bencana di wilayah masing-masing, dapat kita baca dalam ulasan beberapa penulis. Harapannya, akan terbentuk sebuah kesadaran kolektif dua bangsa Indonesia dan Jepang, yang bukan hanya berhenti pada diksi "Disaster Management" tapi akan mewujud menjadi "Disaster Friend".
Cerita jenaka, yang tidak jarang mengharukan, juga banyak kita jumpai dalam beberapa tulisan para kontributor buku ini. Ulasan tentang budaya Jepang yang banyak tersirat dalam film anak-anak yang menampilkan tokoh utama Nobita dengan Doraemonnya misalnya, sangat kuat memicu imajinasi kreatif dalam suasana yang relaks, santai dan menyenangkan. Belum lagi keusilan tokoh Sinchan yang tentu akan membuka cakrawala intuitif pembaca dalam menyikapi dunia yang semakin kompleks ini dengan berbagai inovasi positif di lingkungan masing-masing.
Akhirnya, harap Wilson, semoga buku
yang merupakan bunga rampai atau kompilasi hasil lomba essay bertema 60 tahun
persahabatan Indonesia - Jepang yang dilaksanakan oleh Kappija-21 bekerjasama
JICA dan PPWI beberapa waktu lalu ini kiranya dapat terealisasi. "Namun
lebih daripada itu, kiranya karya kolaboratif ini mampu memberi manfaat bagi
segala generasi di kedua bangsa, Indonesia dan Jepang. Ganbatte kudasai
ne!" pungkas alumni PPRA-48 Lemhannas tahun 2012 ini. (*/APL/Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar