Kesakitan Luar Biasa, Makan dan Minum Selalu Muncrat Keluar Mulut
·
KELAINAN saraf 9 jarang terdengar! Bahkan termasuk kasus langka di dunia. Bagi
pasien penderita gangguan saraf sembilan atau disebut dengan glassopharyngeal neuralgia (GN), maka
dia menderita kesakitan luar biasa di sekitarbatang kerongkongan leher, sakit
saatmenelan, mengecap dan minum.
“Waduh kalau sudah sakitnya datang. Bagian
sekitar leher ini kayak disetrum! Cleng...cleng! Sakitnya sekali. Tidak jarang
tiba-tiba air mata ini meleleh, padahal saya tidak menangis tetapi menahan
sakit luar biasa,” kata Ny Dewi Pratiwi, 53, warga Depok, Jawa Barat, pekan
lalu.
Perempuan ini mengaku didera sakit luar biasa
ketika terkena gangguan saraf nomor sembilan, “Jadi, saat gangguan datang, maka
setiap makanan yang saya masukan ke mulut selalu otomatis keluar. Seperti
tersemprot keluar,” katanya memberi penjelasan.
Bukan hanya itu, saat mengenang rasa sakit
itu, Ny Dewi sepertinya memutar kembali sebuah mimiburuk siksaan dan
penderitaan yang luar biasa,” Jika sudah rasa sakitnya, saya pun tidak mau
bicara. Karena setiap ucapan yang keluar dari mulut saya ini menghasilkan
kesakitan luar biasa. Jadi, saya harus diam menutup mulut,” tambahnya.
Untuk mengurangi buka mulut, Imam Bahtera, 63,
suaminya dalam berkomunikasi terpaksa menggunaan tulisantangan, “Ya terpaksa,
supaya istri saya tidak semakin kesakitan. Saya tulis di kertas, lalu istri menjawab
juga dengan tulisan. Karena memang kesakitan jika bicara,” tegasnya.
Bukan cuma itu, kehidupanya sehari-hari
menjadi sangat tersiksa, tidak mampu beraktivitas normal. Bahkan cenderung
menutup diri, karena merasa malu menahan rasa sakit, “Jika sakit datang, maka
saya masuk kamar mengunci diri. Tidak mau diganggu atau berakivitas menjauh
dari orang-orang di rumah,” tutur Nu Dewi. Dia juga terpaksa menghnidar dari
tetangganya, karena saat tiba-tiba sakit datang maka menjadi pemandangan tak
enak dilihat orang.
Penderitaan itu sudah dirasakannya selama enam
tahun. Persoalan utamanya adalah makan dan minum. Badannya kurus kering, karena
memang mulutnya menolah menerima makanan dan menuman. Terpaksa dia menggunakan
selang untuk sekadar memasukkan bubur atau minum susu ke kerongkongannya agar
makanan dan minuman itu tidak tiba-tiba menyembur keluar.
Untuk mengatasi persoalannya itu, Ny Dewi dan
keluarganya sudah mendatangi begitu banyak dokter dan ahli kesehatan di
Indonesia, “Saya sudah datangi para ahli THT, saraf dan para ahli di Jakarta
ini. Saya juga meminta bantuan ke penyambuhan alternatif, tetapi dia memang
dokter kupuntur yang baru ulang dari luar negeri. Saya diterapi, tetapi juga
hanya bisa mengurang rasa sakit sesaat saja. Jarum dicabut, asa sakit datang
kembali, tifak sembuh-sembuh,” tuturnya.
Juga pernah dirujuk ke dokter ahli, disarankan
agar muut saya dikuret, “Ya berdarah-darah. Juga beberapa
gigi saya dicabut. Terakhir karena ada gigi yang kuat dicabut, mulut saya
diganjal. Karena terlalu lebar tahan saya sampai tak bisa menutu. Beruntung ada
yang membant menekan kembali, sehingga mulut saya bisa tertutup,” kata Ny Dewi
mengenang upaya mencari kesembuhan penyakitnya yang menyiksa dirinya itu.
“Sudahlah pokoknya saya pasrah saja kepada
Allah SWT, jika ada dokter yang mau operasi ya saya siap operasi. Asal penyakit
saya ini bisa disembuhnya,” tegasnya. Ada seorang dokter setelah melakukan MRI
menyebutkan bahwa Ny Dewi menderita trigiminal
neuralgia (TN) atau gangguan saraf No. 5, “Disarankan agar dioperasi. Saya
siap saja, tetapi dokternya bila hanya bisa dibuka saja tetapi tidak bisa
mengatasi,” katanya.
Ternyata jalan menuju kesebuhan ituterbuka,
ketika seorang dokter gigi yang tidak lain adalah adik Ny Dewi membawa brosur
terbitnya Community Brain and Spine
Surabaya (CBSC), dalam brosur itu disebutkan bahwa Comphrenhensive Brain and Spine Center Surabaya menangani
kasus-kasus penderita saraf mulai dari otak, batang leher, tulang belakang.
Termasuk menangani gangguan saraf yang diderita pasien yang mengalami gangguan
sataf nomor 9.
“Saya baca di brosur itu, ciri-ciri yang saya
rasakan sama seperti yang tertera dalam brosu. Sudah saya dan suami langsung
ke CBSC untuk mencari kesembuhan.
Alhamdllilah kok bisa bertemu dr M. Sofyanto, Sp.BS,” tegasnya.
Masuk
ruang periksa, dr. Sofyanto menyebutkan bahwa Ny Dewi Pratiwi mederita
gangguan saraf no. 9, “Gangguan saraf sembilan termasuk kasus langka. Jarang
terjadi, tetapi ini menimpa Ny Dewi,”kata Sofyanto ketika ditemui di ruang
kerjanya, Kamis pekan lalu di ruang kerjanya.
Bagaimana sakit ini menimpa seseorang? “Tidak
diketahui penyebabnya, tetapi biasanya sama dengan saraf 7 misalnya penyebab
wajah perot. Atau saraf no. 5 yang disebut dengan trigimiminal neuralgia (TN)
kesakitan separuh wajah. Ini semua terjadi karena terjadi perlengkean antara
pembuluh darah dengan saraf. Istilah gampangnya korsleting antara saraf dengan
pembuluh darah di otak. Jika saraf tertekan oleh pembuluh darah itulah sakitnya
datang,” katanya dokter yang sudah melakukan operasi kepada 1001 orang pasien
penderita gangguan saraf .
Dokter M. Sofyanto Sp.BS menghilang beban
sakit penderita pasien saraf no. 9, sama dengan operasi yang dilakukan untuk
saraf 7 dan 5 menggunaan matode keyhole
surgery, yatu teknik bedah saraf mikro hanya dengan luka sayat berdiameter
1 cm saja di atas tengkuk.
“Jadi bagaimana? Ibu kena gangguan saraf no
sembilan. Jadi maunya bagaimana ini?” tanya dokter Sofyan.
“Ya saya minta disembuhkan dok!” jawab Ny Dewi
Pratiwi. Satu-satunya jalan lewat operasi bedah saraf. Dewi pun bahkan bukan
hanya ingin operasi, tetapi agar bisa dioperasi secepatya. Kebanyakan pasien
datang takut dioperasi, maklum ini operasi ini adalah operasi sangat njlimet, karena menyangkut saraf yang
berada tengkuk.
“Tapi saya nekad dan siap bahkan lebih 100
persen siap dioperasi. Saya ingin sembuh,” kata Ny Dewi. Keesokan harinya,
opeasi dilaksanakan. Semua aktivitas operasi yang dilakukan oleh dr M. Sofyan
Sp.BS, bisa disaksikan langsung oleh keluarga atau kerabat pasien.
“Jadi saya bisa menyaksikan lewat CCTV yang
ada di ruang keluarga, sambil berkomunikasi dengan dokter Sofyan yang
menjelasan tentang proses operasi itu dari awal hingga akhir,” kata Imam
Bahtera yang ketika itu mengantar istrinya melakukan operasi di Surabaya.
Kini setelah menjalani operasi menggunaan
teknologi keyhole surgery, maka perlengketan antara saraf 9 dengan pembuuh
darah di kepala Ny Dewi Pratiwi bisa diatasi, hanya membutuhkan waktu operasi
dua jam bisa menghilangkan derita meneksa selama enam tahun. (priyo suwarno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar