Penulis: Endah Priyati, M.Pd
Deklarasi Rumah Demokrasi tetap setia pada ideologi Pancasila dan NKRI |
1). Prof Dr. Sukron Kamil [Dekan
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta]
Ada hal yang mencengangkan dari temuan riset PPIM UIN Jakarta yakni 54% generasi milenial belajar agama bukan dari ahlinya yakni belajar agama lewat blog, medsos ustadz selebriti dan website. Terdapat 51% mahasiswa dan pelajar Muslim memiliki opini intoleran terhadap minoritas. Terdapat 58% mahasiswa dan pelajar Muslim memiliki pandangan radikalisme yang menginginkan jihad untuk mendirikan negara khilafah.
Ada hal yang mencengangkan dari temuan riset PPIM UIN Jakarta yakni 54% generasi milenial belajar agama bukan dari ahlinya yakni belajar agama lewat blog, medsos ustadz selebriti dan website. Terdapat 51% mahasiswa dan pelajar Muslim memiliki opini intoleran terhadap minoritas. Terdapat 58% mahasiswa dan pelajar Muslim memiliki pandangan radikalisme yang menginginkan jihad untuk mendirikan negara khilafah.
Para narasumber seminar nasional gelaran Rumah Demokrasi |
2). Arijani Lasmawati, M.Si [Psikolog/Peneliti
Radikalisme]
Terdapat fakta riset BNPT pada tahun
2016 ditemukan buku pelajaran pra-SD berjudul "Anak Islam suka membaca
bacaan yang mengandung unsur radikalisme". Riset lain dari Saiful Mujani
pada tahun 2017 bahwa terdapat 1.350 WNI terkait khilafah dan ajaran terorisme.
Faktor pendorong yang menyebabkan hal itu terjadi setelah diteliti dengan
pendekatan kualitatif adalah masih maraknya kualitas pendidikan dengan metode
dogmatis, narasi politik yang dibangun cenderung bombastis tanpa fakta valid
karena keterbatasan akses politik yang mencerdaskan dan keadaan ekonomi yang
kurang memadai serta pola asuh dalam keluarga yang membentuk karakter anak
kurang toleran dan inklusif.
3). Nasir Abbas [Pakar
Radikalisme/Mantan Tokoh Jamaah Islamiyah]
Radikalisme bersumber pada kehendak
ekstrem dengan cara kekerasan yang menciptakan ketakutan, kengerian dan
kekejaman oleh seseorang atau golongan.
Sejatinya, para pendiri bangsa Indonesia yang sudah merumuskan konsep Pancasila sudah tepat dan sesuai dengan konteks kemajemukan bangsa Indonesia. NKRI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 sebagai negara merupakan konsensus dan persaksian sudah relevan bisa diterima oleh semua elemen bangsa. Bahwa nilai-nilai Pancasila sudah final sesuai ajaran Islam. Tidak ada pertentangan di dalamnya.
4). Mohammad Nuruzzaman [Aktivis GP Ansor]
Sejatinya, para pendiri bangsa Indonesia yang sudah merumuskan konsep Pancasila sudah tepat dan sesuai dengan konteks kemajemukan bangsa Indonesia. NKRI yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 sebagai negara merupakan konsensus dan persaksian sudah relevan bisa diterima oleh semua elemen bangsa. Bahwa nilai-nilai Pancasila sudah final sesuai ajaran Islam. Tidak ada pertentangan di dalamnya.
4). Mohammad Nuruzzaman [Aktivis GP Ansor]
Ada temuan menguatnya ideologi Islam
transnasional turut memberi ruang tumbuh suburnya ceramah-ceramah keagamaan
yang menggunakan cara-cara kekerasan dan menganggap kelompoknya paling benar
sehingga mudah mengkafirkan kelompok lain. Contoh kelompok Salafi Jihad dan
Ikhwanul Muslimin yang tujuannya mendirikan Negara Islam. Ada pula temuan bahwa
generasi milenial memiliki semangat keagamaan tinggi dengan praktik simbolik
terutama gaya berbusana tetapi pengetahuan agamanya rendah dan cenderung
intoleran karena hanya diperoleh dari media sosial saja, bukan berguru pada
ahlinya.
**
Catatan Penulis
Dari perbincangan keempat para
narasumber di atas, penulis menyimpulkan bahwa generasi milenial harus bergerak
secara aktif dengan proses yang militan, kaderisasi yang terjaga dalam
komunitas, lembaga pemerintah dan jejaring media sosial untuk mensosialisasikan
gerakan-gerakan pro kebangsaan dan kebhinekaan serta menyebarkan nilai-nilai
Pancasila khas milenial agar dapat membuka selaput kesadaran yang inklusif dan
toleran. Di zaman internet sekarang ini informasi yang masuk ke dunia virtual
harus kita filter. Ingat slogan “saring sebelum sharing”. Kita harus cerdas
berliterasi digital agar segala informasi yang masuk ke akun media sosial kita
tidak menjadi sampah digital. Informasi yang bermanfaat adalah informasi valid
yang bisa dipertanggung jawabkan, bukan informasi hoaks. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar