Bambang Haryo Soekartono |
Menurut
anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo Soekartono, bandara yang baru
diresmikan dan dibanggakan oleh Presiden RI Joko Widodo itu sebenarnya
belum layak untuk melayani penerbangan komersial.
"Saat
soft launching oleh Presiden bandara tersebut tidak dalam kondisi
sempurna. Seharusnya, saat simulasi bandara harus dipastikan benar-benar
sudah siap, baik dari sisi operasional maupun fasilitasnya," kata
Bambang Haryo, Sabtu (9/6/2018).
Dia
menilai pemerintah terburu-buru mengoperasikan BJIB Kertajati tanpa
memperhatikan faktor kenyamanan dan keselamatan. Keputusan untuk soft
launching bandara itu dalam kondisi tidak sempurna akan mengulang
pengalaman buruk Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.
"Terminal
3 Soetta di-soft launching oleh Presiden Jokowi sebelum tuntas,
akibatnya terminal itu tidak selesai-selesai dan pembangunannya
dicicil-cicil. Seharusnya, tuntaskan semua fasilitasnya baru
dioperasikan. Bagi saya, pelayanan Terminal 3 lebih buruk dari terminal
lain di Soetta," tegasnya.
Ketidaksiapan
lainnya di BJIB Kertajati, lanjut Bambang Haryo, antara lain garbarata
belum dapat dioperasikan dan lantai terminal belum selesai saat soft
launching.
"Yang lucu lagi adalah menara ATC (Air Traffic Control, Red) berada di
seberang runway. Ini bisa membahayakan penerbangan. Mana ada ATC di
seberang runway," kata anggota Fraksi Gerindra ini.
Kekurangan
lain, yakni jumlah parking stand untuk apron pesawat hanya 10, jauh
lebih sedikit dibandingkan jumlah parking stand bandara lainnya.
Sebagai gambaran, Bandara Juanda Surabaya memiliki 44 parking stand,
Bandara Ahmad Yani Semarang 25 parking stand, dan Bandara Sultan
Hasanuddin Makassar 40 parking stand.
"Dari
sisi ini saja BIJB Kertajati tidak layak disebut bandara besar," kata
Bambang Haryo yang juga anggota Badan Anggaran DPR RI.
Tidak didukung intermoda
Dia juga meragukan potensi perkembangan BIJB Kertajati karena tidak
didukung dengan intermoda dan hinterland atau kawasan komersial.
Jaraknya ke Bandung dan Jakarta cukup jauh, yakni sekitar 170 km ke
Bandung dengan waktu tempuh normal 2,5-3 jam, sementara jarak ke Jakarta
sekitar 240 km dengan waktu tempuh 4-5 jam.
Jarak
yang jauh ini membuat BIJB Kertajati tidak ideal sebagai penyangga
Bandara Husein Sastranegara Bandung dan Bandara Soekarno-Hatta Jakarta.
Jarak yang jauh justru menimbulkan biaya tinggi dan risiko lebih besar
bagi pengguna jasa bandara.
Bambang Haryo menilai BIJB Kertajati yang menelan investasi lebih dari
Rp3 triliun itu kurang efektif dan efisien.
Dengan
investasi sebesar itu, Kertajati hanya berkapasitas 5 juta penumpang,
sedangkan Bandara Sepinggan Balikpapan yang dibangun dengan dana Rp2
triliun bisa menampung hingga 14 juta penumpang.
"Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah kaji ulang BIJB Kertajati,
sebab bisa-bisa tidak ada manfaat bagi masyarakat. Pemerintah jangan
melakukan pembohongan publik dengan menyatakan bandara hebat tetapi
kenyataannya tidak demikian," kata Bambang Haryo. (*/are)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar