Dedi Mulyadi (kiri) dan kader NU |
Menurut
pandangan Yosep Yusdiana, bahwa koalisi politik kultural nasionalis-NU menjadi
solusi bagi perkembangan sejarah di Jabar. "Koalisi politik kultural
nasionalis-NU menjadi jawaban pada pertarungan pilkada Jabar," ujarnya Kamis
(16/11/2017).
Ia
menambahkan, Pilkada Jabar dianggap patut secara historis jika ditopang dengan
kekuatan nasionalis dan NU. Yosep, demikian sapaan akrab Yusdiana menuturkan, kepemimpinan
ide kultural nasionalis-NU diyakini merupakan kualitas ide yang mampu menyentuh
pada kepentingan wong cilik.
"Dalam
bahasa Sundanya rakyat alit," kata Yosep.
Kualitas
kepemimpinan ide tersebut menurutnya harus dikonkretkan dalam bentuk
personifikasi kepemimpinan di Jabar yang kuat dan mengakar. "Komitmen
ke-NU-an Hery tidak diragukan lagi. Kuat, muda dan cerdas. Ini akan bagus sekali
jika dikombinasi dengan Kang Dedi Mulyadi yang juga sosok muda yang mengakar
dan merakyat," ujar Yosep.
"Jadi
nasionalis yang NU dan NU yang nasionalis," tegasnya.
Muhammad
Syarif, peneliti dari Lingkar Kaji Isu-isu Strategis menuturkan, sosok HHA
patut dipertimbangkan sebagai cawagub Jabar. Pasalnya, sosok HHA memiliki
jejaring kultur yang sangat masif di Jabar. Ini disebabkan karena kiprah HHA
sebagai intelektual muda NU cukup dikenal.
"Hery
Haryanto Azumi itu kader muda NU yang menasional. Dia juga sudah teruji
kepemimpinan nasionalnya dan jaringannya luas. Bahkan dia sempat menjadi utusan
pertemuan-pertemuan internasional mewakili kaum muda NU. Saya yakin gerakan
kultur yang selama ini Hery lakukan bisa menggerakan mesin anak-anak muda NU di
Jabar. Ibaratnya mesin bisa dipanasi lagi," tegas Syarif.
Belum
lama ini, Lembaga Survei Indocon merilis kepada media terkait Pilkada Jabar. Di
dalam laporannya, Dedi Mulyadi masuk sebagai figur yang disurvei, Deddy Mizwar
dan Ridwan Kamil. Dedi Mulyadi mengantongi elektabilitas sebesar 15,3% lebih
tinggi dibandingkan Deedy Mizwar yang cuma 11,9%. Sementara Ridwal Kamil
mendapat 34,6%. Hasil survei yang
disampaikan Fajar Nursahid, Direktur Eksekutif Indocon juga menyebutkan, bahwa
temuan tersebut tidak mutlak. Posisi Ridwan Kamil yang berpasangan dengan
anggota DPR Daniel Muttaqien masih riskan. Lantaran 47% pemilih belum mantap
dengan pilihan yang mereka tentukan. Ini artinya, potensi pemilih mengubah
pilihannya sangat besar.
“Strong
voters-nya relatif 15%. Ini jauh dari cukup untuk memenangkan Pilgub. Apalagi,
jika berkaca pada dua Pilgub yang lalu, kandidat dengan elektabilitas tertinggi
justru kalah. Maka, jika ada kampanye yang masif dan terstruktur dari kandidat
lain, elektabilitas Ridwan Kamil bisa tergerus," ujar Fajar.
Indo
Barometer belum lama ini juga pernah merilis salah satu faktor yang menjadikan
elektabilitas Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi melejit dan meninggalkan Deddy
Mizwar. Hal ini disebabkan karena Dedi Mulyadi menggunakan pola kampanye yang
langsung menyapa warga. "Dedi Mulyadi ini merakyat. Saya kira dia rajin
blusukan," kata Peneliti Indo Barometer Hadi Suprapto Rusli. (*/sonny m)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar