Joko Muryanto (kiri) dan Sutaryadi |
PURWOREJO, KABARJATENG.CO.ID-Banyak hal menarik dan inspiratif, berdiskusi dengan Dewan Pertimbangan Anak Cabang PDIP Kecamatan Purwodadi, Joko Muryanto-pensiunan Departemen Luar Negeri-yang kini banyak berkiprah di Kabupaten Purworejo. Menyambut kedatangan kabarjateng.co.id langsung di teras depan rumahnya di Jenar Lor, Mbah Joko sapaan akrab Joko Muryanto, masih kelihatan tegap, tegas dan semangat membara. Terbukti, dengan suara agak lantang, bergaya ala militer Joko satu dua kalimat, memberi pertanyaan kepada media ini, yang kemudian menyambut masak ke rumah yang merupakan peninggalan dari kedua orang tuanya.
Mbah Joko yang mapan secara perekonomian, lebih memilih tinggal di Purworejo daripada di Jakarta, meski istri dan anak-anaknya tinggal di Jakarta. Bisa saja Mbah Joko ongkang-ongkak kaki menikmati masa pensiunnya di Jakarta, sembari berkumpul berkeluarga besar. Namun Mbah Joko lebih memilih tinggal di Purworejo.
"Rumah peninggalan orang tua ini, siapa yang mau menghuni atau merawat, kalau tidak kita sendiri. Dan sudah saya sampaikan kepada istri dan anak-anak, masa akhir saya memang ingin di Purworejo. Keluarga menyadari dan mendukung. Di sini saya masih melakukan berbagai aktivitas, terima kasih sudah diuwongke, saya diberi amanah menjadi dewan pertimbangan anak cabang PDIP Purwodadi," ungkap Mbah Joko, Senin (4/9/2017) malam.
Semangat nasionalisme, wawasan kebangsaan, kebhinekaan dan patriotisme, sangat jelas terlihat pada sosok Mbah Joko. Dirinya sangat menjunjung nilai-nilai keberagaman yang merupakan fakta tak terbantahkan, bahwa Indonesia terdiri dari beragam suku, budaya, keyakinan maupun keberagaman lainnya, namun semua bersatu dalam dasar negara Pancasila.
Semangat kebangsaan itu, mulai terpatri sejak Mbah Joko kecil. Apalagi dirinya ditempa di Deplu saat itu, dimana Mbah Joko berkecimpung bersama para petinggi militer baik dari Mabes TNI maupun Mabes Polri.
"Tahun 1969 saya masuk di laksus kopkamtib (pelaksana khusus komando operasi pemulihan keamanan dan ketertiban) bidang deplu, yang saat itu panglimanya Pak Sudomo. Di situ ada empat angkatan. Saya menjadi sekpri yang kadang difungsikan sebagai ajudan, pimpinan saya Jenderal bintang dua," kenang Mbah Joko.
"Kemudian tahun 1974 diliquidasi, suruh memilih Departemen Pertahanan Keamanan atau Deplu. Saya memilih Departemen Luar Negeri, hingga pensiun pada 2007. Sempat saya mendapat tugas di Korea Selatan di kedutaan besar," imbuh Mbah Joko yang jiwa Marhaenismenya sudah terpupuk sejak remaja, yakni kemandirian dan peduli dengan sesama.
Nah dipercaya sebagai penasehat di PDIP Purwodadi, Mbah Joko berharap para pengurus kesemuanya dapat kompak dan berjuang bersama untuk membesarkan PDIP. "Saya tidak ingin apa-apa, sudah dianggap atau diuwongke saja sudah senang. Monggo para pengurus semua, Ranting dan pengurus itu diopeni, jalin komunikasi yang baik. Itu saja. Bentuk perhatian tidak harus selalu berupa materi, dikunjungi saja sudah senang," tegas Mbah Joko. (tim kj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar