Menikmati hangatnya teh, kopi dan kacang rebus, sambil berdiskusi secara lesehan, jadi gaya nyentrik tersendiri, manajemen media ini kongkow bareng para seniman besar Jawa Tengah. Ndak muluk-muluk jika Dimas Nanang Heriyadi dan Mbah Win disebut seniman besar di Jawa Tengah, bahkan ndak keliru bila disejajarkan tingkat nasional. Ini pengamatan kabarjateng.co.id langsung saat canda gurau di Surau Galery Art Desa Soko Kecamatan Bagelen, Purworejo. Diskusi-diskusi yang merupakan luapan jiwa dan inspirasi bagi negeri ini, bisa disimak berikut.
Silih asah, asuh dan asih di Surai Galery Art Soko |
MATAHARI seakan enggan untuk kembali ke peraduannya. Kala itu siang jelang sore, hawa segar menyelimuti Desa Soko Kecamatan Bagelen. Suasana alam lereng perbukitan Menoreh selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi saya. Sedari kecil saya memang menyukai alam pegunungan. Betapa senangnya kalau bersama kawan-kawan sepermainan, naik gunung. Ya itu gambaran indahnya lereng Bukit Menoreh yang amat terkenal, indah dan menawan. Adem ayem, guyub rukun warganya.
Bersama Sigit Widiyanto SE (pemimpin umum kabarjateng.co.id), kami berdua ngangsu kawruh dengan Mas Nanang sapaan akrab Dimas Nanang Heriyadi dan Mbah Win. Membahas seni budaya, misteri alam dan sejarah negeri dengan keluhuran budinya, kearifan budayanya dan toleransinya yang tinggi.
Di depan replika Kebo Kuning (ist/kabarjateng.co.id) |
Mas Nanang sekira 1 tahun menetap di Soko. Sebelumnya berkeliling bak pengembara, selalu membangkitkan seni dan budaya di manapun tempat yang dia jajaki. Multitalenta, Mas Nanang pandai melukis, membuat berbagai rupa baik patung, relief, ukiran dan juga pemain musik. Maklum pula Mas Nanang lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta.
Nah di Desa Soko, Mas Nanang yang didampingi setia istrinya yang juga seniman, kini mengejawantahkan visi misi yaitu menjadikan Desa Soko sebagai desa wisata. Saat ini yang digarap seperti petilasan Kebo Kuning, dimana sang Kebo Kuning merupakan leluhur Desa Soko. Dikemasnya petilasan Kebo Kuning untuk menjadi sarana wisata, hanya langkah awalan. Karena masih banyak potensi besar terpendam di Soko yang selama ini tak tergarap.
Karya-karya Mas Nanang dan Mbah Win |
Untunglah, sekelas Mas Nanang dan Mbah Win mau mampir dan tinggal di Soko. Jadi potensi besar perbukitan Menoreh bisa digali dan dikembangkan sebagai warisan luhur budaya bangsa yang sarat potensi besar untuk wisata Jawa Tengah. Kini Mas Nanang cs menyelesaikan replika Kebo Kuning dan aksesori lainnya semisal lampu ala kerajaan. Mas Nanang membuatnya dengan adonan pasir, yang memafaatkan potensi alam sekitar.
Kami terharu dengan keduanya, yang notabene senimar besar, namun tulus memperjuangkan kemajuan daerah. Bukan materi dan popularitas yang dicari Mas Nanang-Mbah Win, namun semata bangkitnya kesadaran masyarakat bahwa budaya luhur bangsa harus dilestarikan, : kalau tidak kita, siapa lagi? Wong Jowo ojo lali Jowone, jangan malu memakai pakaian khas Jawa.
Dari seni budaya itu, membuat peradaban manusia bernilai tinggi. Mas Nanang dan Mbah Win, teruslah berjuang, gali potensi besar alam perbukitan Menoreh. Secara khusus saya berterima kasih, Mas Nanang dan Mbah Win mengingatkan saya akan cantik dan menawannya perbukitan Menoreh. Itu menjadi alasan saya, untuk selalu pulang kampung dan menyelami alam perbukitan Menoreh di saat saya harus keliling daerah di tanah air. Rahayu, bangkitnya budaya luhur bangsa. (tomo widodo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar