Tak terasa air mata ini meleleh, sedih bercampur marah. Melihat kedzoliman PKI (Partai Komunis Indonesia) yang telah melakukan pemberontakan terhadap NKRI. Menculik, menyiksa, dan membunuh perwira tinggi ABRI. Mereka semua adalah putra terbaik bangsa Indonesia.
Salah satunya adalah putra Purworejo yaitu Jendral Ahmad Yani. Beliau lahir di desa Jenar, Kabupaten Purworejo, 19 Juni 1922 pada masa Hindia Belanda.
Ahmad Yani dibunuh di rumahnya, kemudian jenazahnya disembunyikan di sumur tua yang saat ini bernama lubang buaya. Kronologis gugurnya beliau terekam/difilmkan di G.30S/PKI.
Ketika para penculik datang kerumahnya dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan dibawa untuk menghadap presiden. Ahmad Yani meminta untuk mandi dan berganti pakaian, tetapi salah satu dari penculik itu menolak. Beliau menjadi marah dan menampar salah satu penculik tersebut. Kemudian Yani masuk dan mencoba untuk menutup pintu kaca di ruang keluarga. Penculik yang ditampar tadi memberondong tembakan, Yani pun tersungkur. Dan saat itu juga Jendral Ahmad Yani gugur di tangan penculik yang mengatasnamakan PKI.
Peristiwa ini terjadi di malam hari, tepatnya pada tanggal 30 September 1965, dalam sebuah kudeta.
Dari pemberontakan ini setidaknya ada 7 perwira tinggi militer yang terbunuh, salah satunya Jendral Ahmad Yani.
PKI berhasil menduduki tempat strategis, gedung RRI pun sempat jatuh di tangan para pemberontak. Soeharto yang luput dari perhatian PKI dan mengetahui hilangnya para jendral serta penembakan yang terjadi, setengah 6 pagi segera bertindak. Soeharto pun segera menuju ke markas KOSTRAD dan menghubungi anggota angkatan laut dan polisi.
Lewat jendral Sarwo Edhie Wibowo pangkostrad Mayor Jenderal Soeharto memerintahkan untuk merebut kembali Monumen Nasional (Monas) dan gedung RRI. Jendral Sarwo Edhie Wibowo dan RPKAD pun bergerak, tak butuh waktu lama untuk merebut gedung RRI dan telekomunikasi, hanya kurang lebih 20 menit.
Akhirnya kira-kira pukul sembilan malam Soeharto dan jendral A.H Nasution mengumumkan bahwa ia tengah mengambil alih tentara yang pernah dikuasai PKI. Dan berusaha untuk menghancurkan pasukan kontra-revolusioner demi melindungi posisi Soekarno.
Pemberontakan yang mengatasnamakan gerakan 30 September pun akhirnya dapat dipadamkan dan ditumpas habis sampai ke akar-akarnya. Gerakan ini mempunyai tujuan untuk mengganti ideologi NKRI.
Dari Pancasila menjadi Komunis itu gagal total, semua itu berkat dorongan dari rakyat, dan pertolongan Allah SWT. Negara Republik Indonesia selamat dari paham komunis. Untuk itu tanggal 1 Oktober di jadikan hari Kesaktian Pancasila. Dan selalu diperingati pada tanggal 1 Oktober.
Perlu diketahui Jendral Sarwo Edhie Wibowo itu juga putra Purworejo beliau adalah tokoh di mana PKI dan seluruh antek-anteknya dapat ditumpas habis. Beliau lahir di Purworejo, tepatnya di desa Sindurjan. Jadi dari pandangan saya penumpasan PKI oleh Sarwo Edhie itu adalah merupakan suatu bentuk balas dendam terhadap gugurnya teman karibnya yaitu Jendral Ahmad Yani.
Sebab diketahui dari biografinya Yani dan Sarwo Edhie adalah teman dekat dari segi militer maupun dari daerah asal, yaitu Purworejo. Jadi dapat disimpulkan kan PKI membunuh orang Purworejo (Ahmad Yani) tapi ditumpas habis oleh orang Purworejo pula (Sarwo Edhie Wibowo).
catatan : Yan Budi N - Purworejo
http://reviensmedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar