BAYAN.KABARJATENG.CO.ID - Terik matahari tengah hari bolong memang identik dengan suasana rasa haus dan kering tenggorokan. Lantas imajinasi kita biasanya mencipta keinginan untuk menenggak sesuatu yang segar.
Seperti dirasakan tim kabarjateng.co.id saat melintas di jalan Kutoarjo-Purworejo siang ini (29/8) dengan mengendara sepeda motor di bawah cuaca yang cukup membakar kulit, membuat laju sepeda kami akhirnya bermuara pada sebuah gerai minuman khas kota ini. Semangkuk Dawet hitam manis memanjakan tenggorokan mengusir rasa haus kami.
Dawet Ireng adalah sejenis dawet / cendol. Minuman ini asli dari daerah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah. Kata ireng dari Bahasa Jawa yang artinya hitam.
Butiran dari dawet berwarna hitam, warna hitam dawet diperoleh dari abu bakar jerami, abu bakar jerami kemudian dicampur dengan air sehingga menghasilkan air berwarna hitam, air inilah yang digunakan sebagai pewarna dawet.
Sepertinya memang tak ada bedanya dengan es dawet yang biasanya berwarna hijau. Penyajiannya juga sama, dalam mangkuk dan dilengkapi santan dan gula merah. Pembeda utamanya, dawet ini berwarna hitam pekat.
Apa yang menjadikannya istimewa? Keunggulannya adalah dawet ini berkasiat sebagai pereda panas dalam serta memperlancar pencernaan. Bahan dasar dawet ini adalah tepung aren dan tepung erot dengan garam yang berfungsi sebagai perasa. Sedangkan warna hitam dawet ini ternyata terbuat dari merang, atau daun padi yang dibakar sampai gosong lalu diambil airnya.
Satu hal lagi yang membedakan, jika dawet hijau dibuat dari tepung beras, dawet hitam ini dibuat dari sagu.
Dalam penyajiannya, campurannya cukup sederhana, yakni menggunakan santan, gula jawa dan dawet sebagai bahan utamanya.
Meski demikian, kesederhanaan yang ada tidak menyebabkan rasa dawet hitam ini kehilangan rasa lezat. Rasanya pas, tidak terlalu manis.Begitu pula dengan santan yang tidak terlalu kental terasa segar di mulut. Dawet hitam ini akan lebih nikmat jika diminum dalam keadaan dingin. (munadi ts)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar