PERJALANAN manusia memang
unik. Segala sesuatunya bisa berubah
dengan cepat. Saya, yang dulu sangat
rasionalis, sekarang malah kesehariannya tak bisa lepas dari spiritualitas dan
metafisika. Saya yang dulu sering
terjebak dalam hidup yang penuh duka dan kegalauan, sekarang malah jadi bejo
atau beruntung karena mendapatkan kesempatan menuntun sesama menuju kehidupan
penuh arti.
Kehidupan yang berubah
cepat itu, niscaya terjadi pada siapapun yang membuka diri terhadap dorongan
perubahan itu.
Pada tulisan perdana ini,
saya ingin bercerita tentang dua tembayat saya di Magelang, yang tergerak untuk
memasuki jalan spiritual, menempuh jalan kemurnian.
Tembayat pertama yang
hendak saya ceritakan adalah Wawan. Pekerjaannya dulu mendorong dia untuk
berguru ke banyak tempat, untuk mendapatkan kekuatan metafisik yang dianggap
bisa melindungi. Sekian "orang pintar" didatangi dan dari mereka,
Wawan mendapatkan berbagai "benda bertuah" yang ditanam di
badan...seperti susuk dan semacamnya.
Dulu...badan Wawan penuh
dengan energi dan entitas metafisik yang sebenarnya tidak wajar...termasuk
berisi apa yangg dinamai orang-orang sebagai gendruwo, juga ajian semar mesem.
Mbelingnya lalu tak
terkira....
Hingga satu masa..ia
tersentuh untuk kembali pada kemurnian. Ia tergerak memurnikan raganya dan
hanya bergantung kepada Gusti.
Dimulailah proses pemurnian
itu. Permulaan..ia diam mencermati hambegan..lalu ia menyaksikan hatinya
dibasuh air dan menjadi bersih. Berikutnya..ia bisa menyaksikan sang dewa
rucinya..juga mendengar dawuh dari guru sejatinya.
Ia kini menjadi manusia
baru. Ia terlahir kembali sebagai warang djowo kang sayekti.
Tembayat kedua adalah
Sidik. Sekitar dua bulan yang lalu,
Gusti mempertemukannya dengan saya, di gubug ayah saya di Magelang.
Kala itu..sekitar jam
20....dia meminum miras hingga mabuk. Tapi dalam keadaan mabuk itu..ia
digerakkan semesta untuk menemui salah satu tembayat di Padepokan Cah
Mbeling...Mas Giok..dan menyatakan ingin ikut kumpul-kumpul di gubug ayah saya.
Mas Giok yang tahu Sidik sedang dalam kondisi mabuk..mengajaknya duduk-duduk dulu..agar mabuknya hilang dulu.
Pukul 21...Sidik diajak Mas
Giok ke gubug. Ia turut belajar dan praktik mangening bersama. Dan sejak
itu..mulailah ia belajar ngelmu Jawa sayekti dan jadi praktisi mangening.
Kini..Sidik menjadi salah
satu tembayat di Padepokan Cah Mbeling....yang konsisten menuju penjernihan
diri.
Anak punk ini..tengah
didadar untuk jadi satria Nusa Ning Nusa. Dia ternyata tergolong anak
indigo..selama ini memberontak karena tak dimengerti. Sekarang ia temukan jalan
yang dicari.
Demikianlah hidup yang
unik. Wajar saja kita pernah hidup
melenceng jauh dari rancangan indah yang telah ditetapkan Gusti, Sang Sumber
Hidup. Namun, sewajarnya pula, kita
bergegas kembali ke rancangan indah itu, dan memulai hidup baru yang penuh
keberuntungan dan kebahagiaan. (setyo hajar dewantoro)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar